Minggu, 01 Juni 2025

Review Film Final Destination: Bloodlines – Nostalgia Ngeri dengan Twist Baru

Malem minggu, aye pergi ke bioskop... (lanjut nyanyi sendiri deh hihihi). 

Akhirnya, setelah sekian lama, film thriller legendaris Final Destination comeback lagi dengan judul Final Destination: Bloodlines. Aku semangat dong, nonton di bioskop berdua anak (tenaang.. ini anaknya udah punya KTP kok). Semangat, bukan semata karena filmnya sih, tapi karena tiketnya Buy One Get One di Cinepolis hahaha (sponsored by Jenius).


Kalau kalian dulu tumbuh bareng film-film ini sambil tutup mata pas adegan “kematian berantai” dimulai, siap-siap nostalgia. 

Sinopsis (bukan spoiler)

Cerita Bloodlines ini bukan kelanjutan dari film sebelumnya, tapi semacam latar belakang yang mengulik asal-usul mengapa kematian bisa begitu kejam dan terorganisir.

Tokoh utamanya adalah Stefani Reyes, seorang mahasiswi pintar di kelasnya. Eh kok jadi inget Nasa si mahasiswi di cerbung itu... 👀 

Ceritanya Stefani terus menerus dihantui mimpi buruk tentang kecelakaan di era jadul yang tidak pernah dia pahami, sampai ganggu tidur dan bikin kacau kuliahnya. Mimpi itu membawanya kembali kepada keluarga, bertemu dengan nenek yang tak pernah ia temui sebelumnya, serta menggali rahasia kelam keluarganya sendiri.

Dari situ cerita khas Final Destination dimulai. Satu per satu keluarganya mulai tewas dalam kejadian aneh, brutal, dan penuh "pertanda" seperti biasanya.

Btw, dibandingkan 5 film sebelumnya, ada yang berbeda di film Final Destination terbaru, yaitu adanya benang merah di masa lalu, ada sesuatu yang diwariskan pada silsilah keluarga Stefani. Di sinilah judul "Bloodlines" mulai terasa maknanya.

Jika mengikuti seluruh film Final Destination (FD) sebelumnya, kecelakaan yang "seharusnya" merenggut maut korban sejak awal kejadian bisa dirangkum sebagai berikut:

  • Final Destination (2000): kecelakaan pesawat
  • Final Destination 2 (2003): kecelakaan di jalan melibatkan truk pembawa batang kayu
  • Final Destination 3 (2006): kecelakaan roller coaster
  • The Final Destination (2009): kecelakaan lintasan balap
  • Final Destination 5 (2011): runtuhnya jembatan gantung
  • Final Destination: Bloodlines (2025): runtuhnya menara skyview. 

Kalau kalian, dari film FD pertama sampai kelima, mana yang paling nyatol di memori? Aku sih FD 2 dan FD 5, yang jadi bikin waspada di jalanan dan paling gelisah kalo sedang naik mobil dengan posisi ada di belakang truk barang 😖. Tapi gak tau sih, apakah itu karena efek filmnya, atau karena sering tayang di TV dan ditonton berulang-ulang heheh.. 

Dan ternyata, si batang kayu itu nongol lagi di episode Bloodlines 😵‍💫. 

Pemeran Utama

  • Kaitlyn Santa Juana sebagai Stefani Reyes
  • Teo Briones sebagai Charlie Reyes, adik laki-laki Stefani
  • Richard Harmon sebagai Erik Campbell, sepupu Stefani
  • Owen Patrick Joyner sebagai Bobby Campbell, sepupu Stefani
  • Rya Kihlstedt sebagai Darlene Campbell, ibu Stefani
  • Anna Lore sebagai Julia Campbell, sepupu Stefani
  • Brec Bassinger sebagai Iris Campbell muda, nenek Stefani
  • Tony Todd (alm) sebagai William Bludworth, karakter ikonik pengurus rumah duka dari seri-seri sebelumnya.

Aku baru tau setelah film berakhir, kalau ternyata FD Bloodlines adalah film pamungkasnya Tony Todd. Ia syuting dalam keadaan sakit, atas permintaannya sendiri. Aktor pemeran film Candyman itu meninggal dunia pada 6 November 2024 silam karena kanker perut dalam usia 69 tahun.

"Hidup itu berharga. Nikmati setiap detiknya. Anda tidak pernah tahu kapan... Semoga beruntung."
Quotes itu mengharukan, karena kabarnya merupakan improvisasi dari Tony Todd sendiri, di luar skenario. 

FD Bloodlines disutradarai oleh Zach Lipovsky dan Adam B. Stein yang dikenal sebagai sutradara film Freaks. Film produksi New Lines Cinema ini produsernya adalah Craig Perry – produser veteran dari seluruh seri Final Destination.

Kesimpulan

Film Final Destination : Bloodlines, terasa berbeda plot dari seri sebelumnya.  Ceritanya  bukan cuma nunggu siapa yang dijemput maut duluan, tapi juga mikir: “apa ada cara buat ngelawan takdir?” Tapi intinya sama dengan film-film sebelumnya, yaitu : kematian tidak suka diganggu. 

Ada beberapa humor receh di sela film ini, yang menurutku sih gak perlu ya karena mengganggu ketegangan. Tapi secara keseluruhan tetap seru ditonton. 

Buat yang perdana nonton Final Destination, film FD Bloodlines ini bisa banget jadi pintu masuk merasakan atmosfer kelam khas seri ini, bagaimana kematian datang dengan cara "kreatif".

Dan, di balik semua kebrutalan yang dihadirkan, terselip pesan, jangan meremehkan hal-hal kecil dalam hidup. 

Siapa yang udah nonton? 

***

Jumat, 23 Mei 2025

Ada Titik Merah di Matanya (Bagian 3)

Baca episode sebelumnya : Bagian 1 dan Bagian 2

Rumah yang Tidak Pernah Dibangun

Setelah malam itu, suasana kampus Teknik Arsitektur perlahan berubah. Studio belakang tetap dikunci, tapi tak ada lagi hawa dingin yang menyergap setiap mahasiswa yang lewat. Para dosen pun tampak lebih ringan langkahnya, seolah satu lapisan kabut tak kasat mata yang selama ini menyelimuti ruangan-ruangan tua itu akhirnya terangkat. 


Tapi bagi Nasa, semua itu bukan sekadar perubahan suasana. Itu adalah akhir dari bab lama yang selama ini diam-diam membebaninya sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di kampus ini, serta awal dari perjalanan baru yang lebih jujur.

Vira dan Rere, yang dulu hanya melihat Nasa sebagai "mahasiswi baru aneh", kini melihat sosok yang berbeda. Mereka tahu Nasa bukan sekadar mahasiswa baru biasa yang sesekali diam dan sesekali tertawa. Ia adalah seseorang yang selama ini membawa luka, menyembunyikannya di balik garis-garis sketsa arsitektural, dan menguncinya dalam senyum palsu yang hanya muncul untuk menenangkan orang lain. Di balik semua itu, ia adalah anak perempuan yang belum benar-benar melepaskan ibunya.


Hari-hari berikutnya diisi dengan hal-hal kecil yang bermakna. Nasa mulai lebih sering duduk di tengah keramaian. Ia tidak lagi menarik diri ke tangga musholla saat senja, tapi ikut membantu Mas Didi, OB pengganti Alm. Mas Oboy, mengangkat gelas-gelas plastik bekas ke tempat sampah. Sesekali, ia bahkan bercanda. Candaan yang tidak menyeramkan, tapi hangat. 

Rere memperhatikan, titik merah di mata itu benar-benar hilang. Seperti bercak tinta yang akhirnya larut setelah hujan panjang.

Namun bukan berarti semuanya kembali normal begitu saja. Di malam-malam tertentu, Vira masih mengaku mendengar suara langkah kaki di lorong studio belakang, padahal seharusnya tak ada siapa-siapa. Rere sendiri masih bermimpi berada di ruangan kosong dengan lampu redup, meski kini tidak ada lagi bayangan Nasa bermata merah. 

Tapi mereka semua belajar menerima, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa sepenuhnya dijelaskan. Ada luka yang tidak akan benar-benar sembuh, melainkan hanya berdamai. Dan itu tidak apa-apa.


Suatu sore, mereka bertiga duduk di kantin, memandangi maket besar yang sedang disusun untuk pameran tugas akhir semester. Nasa membuka sketsa lama milik almarhum Mas Oboy—ya, ternyata Mas Oboy pernah iseng menggambar desain rumah impiannya. Rumah kecil dengan halaman luas dan satu jendela besar di ruang tamu.

Nasa menatap gambar itu lama, lalu berkata, “Aku pingin bangun rumah ini suatu hari nanti. Tapi bukan buat aku. Buat orang-orang yang enggak punya tempat buat pulang.”

Kalimat itu membuat Vira terdiam. Rere menatap Nasa dalam-dalam. Di situ, mereka sadar: Nasa tidak lagi hanya ingin menggambar bangunan. Ia ingin membangun tempat yang punya arti. Dan mungkin, di tengah semua horor yang pernah mereka alami, itulah yang paling menyentuh. Seorang gadis muda yang kehilangan arah, kini ingin menjadi arah bagi orang lain.


Kampus perlahan kembali hidup. Mahasiswa sibuk dengan deadline, dosen kembali galak, kantin mulai kehabisan kopi lagi. Tapi di balik semua itu, mereka yang tahu cerita Nasa menyimpan kisah itu di dalam hati. Cerita tentang seorang gadis yang matanya pernah menyimpan titik merah, tapi hatinya menyimpan cinta yang terlalu besar untuk disimpan sendiri.
Beberapa bulan kemudian, Nasa membuat desain bangunan untuk lomba arsitektur antar-universitas. Judul proyeknya: “Rumah yang Tak Pernah Dibangun”. Desainnya menyerupai rumah kecil dalam sketsa Mas Oboy, tapi dengan tambahan taman kecil di belakang dan satu ruang yang hanya berisi cermin, bunga putih, dan dinding penuh kutipan.


Salah satu kutipan di dinding itu berbunyi:

“Luka tidak selalu harus disembuhkan. Kadang cukup diterima, dipeluk, dan diberi tempat untuk tinggal.”, 

Nasa tidak memenangkan lomba itu. Tapi desainnya dipajang di lobi kampus. Setiap mahasiswa yang lewat bisa membacanya. Dan bagi mereka yang tahu cerita di baliknya, itu bukan sekadar desain. Itu adalah monumen keheningan, kehilangan, dan harapan.


Pagi itu, Nasa menatap pantulan dirinya di cermin gantung di kamar kosnya. Tidak ada titik merah lagi di matanya. Kalau Rere tidak cerita padanya, Nasa sendiri tidak pernah sadar saat kehadiran titik merah itu beberapa bulan yang lalu. 

Di depan cermin, Nasa sedikit terkaget, lalu diam.

Ia akhirnya mengingat semuanya.

Selama ini, Nasa berpikir dirinya hanya “melihat-lihat”, menjadi saksi pasif dari keanehan di kampus Arsitektur: Mas Oboy jatuh dari tangga, pak Darto tukang sapu yang menghilang sore-sore, sketsa kak Dimas yang hilang, serta Diba yang teriak-teriak histeris di toilet. Tapi ternyata, Nasa selalu ada di sana.

Bukan secara fisik. Tapi sesuatu dalam dirinya yang berpindah-pindah tanpa ia sadari. Ia pikir ia sedang di kamar ketika Mas Oboy terjatuh. Tapi Farrel temannya pernah bilang, “Lo sempat numpang ngeprint pagi itu di lantai atas, kan?” Nasa membantah, tapi flashdisk-nya ditemukan di printer lantai itu. Ia pikir ia tak pernah bertemu tukang sapu itu, tapi namanya pernah tercatat di laporan kejadian di TU: “Mahasiswi Nasa memberi tahu bahwa Pak Darto sempat muntah di dekat studio.” Dan seterusnya... 

Nasa pikir ia hanya lupa.

Padahal, ia dipakai. 

Titik merah itu... penanda perantara. Ada entitas penghuni kampus yang tak bisa menyentuh dunia nyata tanpa tubuh—dan ia memilih orang-orang yang “tidak terlihat": mahasiswa baru yang pendiam, yang sedih berkepanjangan, atau yang sering melamun sendirian. Seperti Nasa.

Nasa menunduk. Ia tahu ini bukan tentang memilih lagi.

Ini soal waktu, karena kampus itu belum selesai memilih korban berikutnya.


TAMAT. 

Kamis, 08 Mei 2025

Ada Titik Merah di Matanya (Bagian 2)

Baca sebelumnya : Ada Titik Merah di Matanya (Bagian 1)

Tiga hari setelah kejadian di kamar mandi, kampus Teknik Arsitektur mulai terasa… berat. Suasana mencekam bukan cuma dari kejadian-kejadian aneh, tapi juga dari energi orang-orang di dalamnya. Mahasiswa jadi gampang marah, dosen sering kehilangan fokus, dan kantin mendadak sering sepi. Seolah-olah semua sedang menahan sesuatu—tapi entah apa.

Studio belakang yang sebelumnya direnovasi, mendadak ditutup permanen. Di pintunya, dipasang segel garis kuning oleh pihak kampus, tanpa ada pengumuman resmi.


"Kayaknya ada yang meninggal di dalam," bisik Dimas waktu Vira dan Rere melewati depan studio malam itu.

"Lu tau dari mana kak?"

"Gue nguping Pak Darto ngomong di telepon. Katanya... mereka nemu noda darah di salah satu meja gambar. Tapi enggak ada jasad."


Di tengah semua kekacauan itu, Nasa tetap aneh. Dan juga terlihat makin rapuh.

Vira akhirnya berani duduk bareng Nasa di tangga musholla. Mereka lama saling diam. Hanya duduk, sambil mendengar suara azan Maghrib dari masjid seberang.

“Kamu pernah ngerasa kayak... enggak pengen bangun dari tidur?” tanya Nasa tiba-tiba.

Vira menoleh. “Kenapa?”

Nasa tak menjawab. Matanya melamun jauh, tapi kali ini bukan kosong. Tampak ada kesedihan berat di situ.

“Aku... masih denger suara ibu, Vir... Di kamar kosan. Kadang dia bilang dia dingin. Kadang dia bilang dia sendirian.”

Vira menahan napas. Lalu Nasa lanjut bicara.

“Dulu, ibu sering duduk nemenin aku gambar. Kalau aku marah-marah karena salah garis, dia yang tenangin. Tapi waktu terakhir... dia nangis. Dia bilang dia enggak kuat hidup sendiri.”


Hari berikutnya, Rare yang memutuskan untuk cari tahu lebih jauh tentang Nasa. Dia nekat ke TU dan minta arsip mahasiswa baru, dengan alasan perlu data untuk acara angkatan.


Setelah nego dan senyum-senyum ke Mbak Lisa staf TU, Rere berhasil mendapatkan data Nasa.

Nama lengkap: Anasashia D. Pramesti
Tempat Tanggal Lahir: Malang, 3 Maret 2006
Orang tua: Alm. Pramesti A.R. (Ibu)

Ada yang bikin Rere merinding. Di bagian bawah arsip, tertulis catatan kecil:

"Wali mahasiswa meninggal dua minggu sebelum registrasi ulang. Surat kematian diserahkan oleh pihak RT, tidak oleh keluarga."

Dan satu lagi:
Foto pendaftaran ulang Nasa... matanya tertutup! 


Malam itu, Rere mimpi buruk lagi. Dia ada di studio belakang, semua meja gambar kosong. Tapi ada satu meja punya bercak merah, tepat di atas kertas kalkir.

Lalu Nasa muncul di ujung ruangan. Rambutnya terurai, wajahnya pucat, dan matanya… merah. 

Bukan cuma titik. Satu bola matanya penuh warna merah.

Dan dia berbisik: 

"Aku… enggak mau sendiri…”

***

Mata yang Menyimpan Rumah

Pagi itu, kabar duka beredar cepat di grup angkatan.

Mas Oboy meninggal.

Kabar itu membuat kantin Arsitektur sunyi. Biasanya ada Mas Oboy yang sering melempar candaan receh setiap lewat meja makan kantin. Sekarang, kursi bakso dekat meja kasir tempat dia biasa duduk, ditutup kain hitam.

“Katanya serangan jantung,” bisik Bu Ratna dari TU.

Tapi Rere tahu… malam sebelum Mas Oboy meninggal, dia melihat Nasa berdiri sendirian di depan gudang kantin. Tatapannya kosong. Dan matanya merah.


Vira, Rere, dan Dimas akhirnya sepakat. Ini bukan kebetulan. Mereka harus bicara langsung dengan Nasa. Tapi malam itu, kamar kos Nasa kosong. Pemilik kos bilang dia keluar sejak pagi dan belum pulang.

“Neng Nasa tuh anak baik sebenernya, cuma… kadang suka ngomong sendiri tengah malam,” ujar ibu kos pelan. “Pernah juga saya denger dia minta maaf... sambil nangis.”


Pencarian mereka berakhir di studio belakang, meski segelnya sudah jelas-jelas: DILARANG DIBUKA.

Tapi saat itu, pintunya terbuka sedikit. Seperti memang disiapkan.

Di dalam, ruangannya dingin. Semua meja diselimuti debu, kecuali satu: meja gambar tua di pojok ruangan. Di atasnya, ada kalkir lusuh dan garis-garis merah samar seperti bekas tangan.

Tiba-tiba Nasa muncul dari bayangan. Tubuhnya lemas, wajahnya seperti habis menangis berhari-hari.

“Aku enggak mau bikin kalian takut…” suaranya lirih. “Tapi ibu enggak pergi. Dia nunggu di sini.”

Semua terdiam.

“Aku kira… kalau aku kuat, aku bisa jalan sendiri. Tapi ternyata aku cuma pura-pura. Aku gambar rumah buat tugas, tapi yang sebenarnya aku cari... tempat buat ibu pulang.”

Nasa menatap mereka satu-satu. Di matanya, titik merah itu kini menyala samar. Tapi bukan menyeramkan. Lebih seperti... luka yang belum sembuh.

“Seringkali, kita tak butuh tempat tinggal. Kita cuma butuh seseorang yang bisa jadi rumah.”


Tiba-tiba, angin dingin berembus. Cahaya lampu di studio redup. Di cermin yang tergantung di dinding, muncul bayangan perempuan senyumnya lembut, matanya sendu.

Nasa mendekat. “Bu… udah cukup. Aku enggak sendiri lagi.”


Cermin itu retak perlahan. Dan saat retakannya menghilang, sosok di dalamnya juga lenyap. Udara mendadak hangat. Hening. Tenang.

Titik merah di mata Nasa perlahan memudar.


Malam itu, Vira, Rere dan Nasa duduk di tangga musholla kampus, menatap langit.

Nasa akhirnya tersenyum, bukan senyum kosong, tapi tulus. Matanya basah, tapi bersih.

"Terima kasih udah tetap di sini, walaupun aku aneh. Kadang kita cuma butuh satu orang yang mau duduk bareng kita dalam diam.”


BERSAMBUNG... 

Jumat, 25 April 2025

Ada Titik Merah di Matanya


Hari pertama jadi mahasiswa baru di Teknik Arsitektur Universitas Raya. 

Nasa datang paling pagi, duduk di bangku depan aula utama. Semua mahasiswa baru memakai baju setelan putih hitam, dengan pita di lengan kanan. Warna pita beda-beda sesuai jurusannya. Saat itu Nasa rambutnya dikuncir seadanya, nyaris acak-acakan. Mukanya polos tanpa riasan makeup. Dari kejauhan orang bisa salah kira. Dia seperti anak yang salah masuk ruangan.

Tapi yang bikin orang menoleh bukan penampilannya. Ada sesuatu dari cara Nasa memandang. Tatapannya kosong, dingin. Seperti orang yang sedang mendengar suara lain di kepalanya.

“Eeh, itu yang dikuncir, duduk paling depan. Tau enggak namanya?” bisik Vira ke Rere, teman satu kelompok ospek-nya. Mereka duduk di baris ketiga.

“Enggak tau, tapi liat warna pitanya biru berarti satu jurusan sih. Eh keliatan tuh nametag-nya, NASA. Nama atau planet sih?”

Mereka terkikik, tertawa kecil. Tapi tawa itu langsung hilang saat Nasa tiba-tiba menoleh ke arah mereka. Ia senyum lebar banget, tanpa kedip. Vira langsung pura-pura mengucek matanya.


Hari-hari ospek berjalan normal. Yup, seperti biasanya ospek arsitektur: ada begadang, bikin maket dadakan, dimarahi kakak tingkat, ngopi di kantin -yang entah kenapa lebih sering kehabisan kopi dari pada nasi.

Vira juga makin kenal dengan teman-teman sejurusannya. Termasuk Nasa, yang ternyata punya nama Nasashia. Tapi yang aneh bagi Vira, makin sering ia melihat Nasa, makin banyak hal yang… bikin kepalanya terus bertanya-tanya.

Kadang Nasa bisa jadi orang yang super heboh, bantu satu angkatan membuat maket bareng, atau tertawa paling kenceng di kantin saat dengan lelucon dari Mas Oboy, si office boy kampus yang suka dadakan jadi stand-up comedian.

Tapi besoknya, dia bisa menghilang. Datang-datang duduk sendirian di tangga belakang musholla kampus, memandang lama ke arah langit. Seharian itu tidak bicara sepatah kata pun.


Sampai suatu hari, saat presentasi tugas studio, laptop Rere mendadak nge-hang. Semua gambar desainnya hilang. Panik, dia buru-buru lari ke TU untuk pinjam laptop cadangan. Di lorong, dia melihat Nasa berdiri diam, menghadap tembok.

“Nasa?”

Tak ada respon. Rere berjalan lebih dekat, niat menepuk bahu Nasa… tapi langsung mundur.

Mata Nasa... merah. Bukan keseluruhan mata. Tapi ada satu titik kecil merah di tengah matanya. Seperti bercak darah. Dan itu bukan efek cahaya.

Seketika, Rere merasa pusing. Bulu kuduknya merinding. Tanpa berpikir, dia langsung putar badan dan lari.


Besoknya, Mas Oboy tidak terlihat. Info yang beredar, ia jatuh dari tangga gudang. Tapi gosipnya, dia sempat teriak-teriak histeris malam-malam. Saat Satpam menemuinya, Mas Oboy cuma bisa mengucap satu kalimat, berulang-ulang:

"Dia… liat aku… titik merahnya… liat aku…”

***

Baca juga : Review Film Stranger Things

Sketsa yang Hilang

Semenjak kejadian di lorong itu, Rere jadi susah tidur. Bayangan mata Nasa dengan titik merah itu terus terbayang. Dia bahkan sempat bermimpi buruk: matanya sendiri berdarah, dan di cermin, yang dia lihat bukan dirinya—tapi Nasa, tersenyum tanpa ekspresi.

Yang lebih aneh, keesokan harinya di studio, Nasa kembali ceria seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi apa-apa.

"Rere, lu kenapa? Pucet banget," tanya Vira sambil duduk di sebelahnya.

Rere mau menjelaskan kejadian di lorong itu, tapi dia ragu. Bahkan dia sendiri tidak yakin apakah itu nyata atau cuma ilusi karena kecapekan. Tapi yang bikin makin ganjil, ternyata bukan cuma Rere yang mengalami hal aneh.

"Eh," Vira mendekat ke Rere berbisik, "Lu denger enggak? Sketsa-sketsanya Kak Dimas ilang. Padahal udah ditaruh di loker TU."

Dimas, mahasiswa semester lima yang terkenal perfeksionis itu, mendadak murung. Katanya sketsa untuk tugas akhir yang sudah dikerjakan berbulan-bulan, hilang begitu aja. Anehnya, cuma sketsanya yang lenyap—barang lain di loker masih ada.


"Enggak masuk akal…" gumam Dimas di lorong sambil menunduk, "Ada yang ngambil… tapi bukan manusia… gue liat dia. Dia mandang gue."


Hari-hari selanjutnya makin aneh. Pak Darto, tukang sapu senior yang tiap pagi biasa menyapu halaman depan kampus, menghilang dua hari tanpa kabar. Waktu akhirnya muncul lagi, dia terlihat linglung.

"Pak Darto, sakit ya kemarin?" tanya Bu Ratna dari kantor TU sambil  menyusun map.

Pak Darto cuma menggeleng pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

"Ada yang manggil saya, Bu… dari studio belakang. Padahal udah kosong."

Studio belakang, tempat mahasiswa tingkat akhir biasa kerja, ditutup sementara karena renovasi kecil. Tapi malam sebelumnya, ada mahasiswa yang pulang malam bilang, sempat melihat lampunya menyala sebentar.


Vira mulai curiga.

“Nasa… aneh banget. Kadang dia kayak nyambung banget sama kita, tapi kadang kayak orang lain. Gue pernah liat dia diem di musholla, ngeliatin jendela, sambil nyebut nama ibunya.”

Rere mengangguk pelan. “Lu pernah denger dia cerita soal keluarganya?”

“Belum. Tapi… kemarin gue nekat nanya.”

Vira membuka ponselnya, nunjukin catatan kecil yang dia tulis.

"Katanya, ibunya meninggal dua minggu sebelum dia keterima kuliah di sini. Bunuh diri. Lompat dari lantai dua rumahnya… Nasa yang pertama nemuin jasadnya.”

Suasana mendadak sunyi. Bahkan suara denting sendok di kantin kampus seperti berhenti sebentar.


Dan malam itu… sesuatu kembali terjadi.

Di cermin toilet kampus, salah satu mahasiswi, Diba, berteriak histeris. Waktu ditanya, dia bilang sempat lihat Nasa di cermin... padahal saat itu Nasa absen seharian.

Dina bersumpah melihat mata Nasa… ada titik merahnya, tapi bukan cuma satu.

Ada dua.


BERSAMBUNG... 

Jumat, 18 April 2025

Kenali Penyebab dan Cara Mencegah Banjir Bandang

Bekasi-Jawa Barat, 4 Maret 2025.

Banjir bandang melanda wilayah Bekasi setelah hujan deras mengguyur sejak 2 malam sebelumnya. Sejumlah wilayah tergenang dengan ketinggian banjir hingga 2,5 meter, dan ribuan warga terdampak. Salah satu lokasi terparah adalah Perumahan Villa Nusa Indah 1 dan 2 dengan ketinggian air nyaris menutup atap rumah lantai satu.

Di Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, ketinggian air mencapai 2 meter, sehingga warganya banyak dievakuasi menggunakan perahu karet. Dampak serupa juga dialami beberapa titik di Bekasi Timur dan Bekasi Utara.

Di Desa Buni Bakti, banjir disebabkan oleh meluapnya air Sungai Cikarang Bekasi Laut setelah mendapat kiriman air dari Sungai Cikeas dan Kali Bekasi pada Selasa 4 Maret 2025 pagi, sehingga mengakibatkan 11.000 warga di 36 RT dari 17 RW di Desa Buni Bakti terdampak. 

Banjir juga turut merendam kawasan pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat, yang viral di media sosial video lantai dasar Mega Mall Bekasi terendam banjir dengan sejumlah barang dagangan hanyut. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi menyebutkan bahwa banjir yang terjadi di wilayah Bekasi adalah akibat luapan Kali Bekasi yang menerima limpahan air dari Kali Cikeas dan Kali Cileungsi. Pada bencana  tersebut tercatat sebanyak 24.576 jiwa dan 4.644 Kepala Keluarga terdampak. (Liputan6.com, Kompas.com)

Foto : Antara/Jasmine Nadhya Thanaya


banjir-bekasi-2025
Foto : Instagram @infojawabarat


Selain di Bekasi, sepanjang 2024 hingga awal 2025, beberapa wilayah di Indonesia juga dilanda banjir bandang. Seperti di Sukabumi-Jawa Barat, Agam-Sumatera Barat, Bima-NTB, Deli Serdang-Sumatera Utara, Pekalongan-Jawa Tengah yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang tidak sedikit.

Apa sebenarnya yang menyebabkan kejadian tersebut dan bagaimana cara mencegah banjir bandang?

Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba. Peristiwa alam ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk hujan deras, longsor, letusan gunung berapi, atau retakan dam. Banjir bandang ditandai dengan aliran air yang sangat kuat dan dapat menyapu segala sesuatu yang ada di jalurnya, termasuk tanah, pohon, dan bangunan. Kecepatan dan kekuatan air yang tinggi membuatnya sangat berbahaya dan membuat kerusakan yang serius.

Daerah yang Rawan Banjir Bandang

Sudah tahu ciri daerah yang rawan banjir bandang? Berikut  beberapa di antaranya:

1. Topografi Curam
Daerah dengan topografi yang curam, seperti lembah dan pegunungan, dapat meningkatkan risiko banjir bandang. Air hujan dapat mengalir dengan sangat cepat di daerah ini.

2. Daerah Pegunungan atau Perbukitan
Daerah yang terletak di sekitar pegunungan atau perbukitan memiliki kemungkinan tinggi untuk mengalami banjir bandang, terutama jika curah hujan tinggi terjadi di lokasi tersebut.

3. Dekat Aliran Sungai atau Lereng Gunung
Daerah yang terletak di sepanjang aliran sungai atau dekat lereng gunung memiliki potensi tinggi untuk mengalami banjir bandang, terutama jika ada hujan intensitas tinggi atau perubahan cuaca yang cepat.

4. Aktivitas Vulkanik
Daerah yang terletak dekat dengan gunung berapi dapat mengalami banjir bandang sebagai dampak letusan gunung berapi atau longsoran material vulkanik.

5. Kondisi Tanah yang Rentan Erosi
Tanah yang rentan terhadap erosi, terutama jika tanah telah kehilangan tutupan vegetasi alami, dapat meningkatkan risiko banjir bandang.

Cara Mencegah Banjir Bandang

Khususnya  bagi yang tinggal di daerah rawan banjir, diperlukan upaya untuk melindungi diri dan lingkungan dari dampak buruk banjir bandang. Namun pengetahuan semacam ini menurutku dibutuhkan oleh semua orang, sebagai informasi tanggap darurat dan penanggulangan bahaya banjir di manapun. 

Di bawah ini adalah beberapa cara mencegah banjir bandang yang dapat dilakukan. Upaya ini tentunya memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

1) Pemantauan Curah Hujan
Sistem pemantauan cuaca yang canggih dapat membantu mengidentifikasi potensi hujan deras yang dapat menyebabkan banjir bandang. Pemerintah dalam hal ini BMKG sebetulnya sudah memiliki beberapa sistem pemantauan seperti Radar Cuaca, Citra Satelit, Early Warning System, yang seyogyanya bermanfaat untuk mengambil tindakan pencegahan termasuk warning kepada masyarakat. Namun menilik kabar wilayah terdampak serta korbannya, aku bertanya-tanya apakah sistem BMKG ini betul-betul telah berjalan dengan baik?

2) Penanaman Pohon dan Vegetasi
Vegetasi, seperti pohon dan semak, memiliki peran kritis dalam menyerap air hujan dan mencegah erosi tanah. Penanaman vegetasi di daerah resiko tinggi dapat mengurangi risiko banjir bandang dan menjaga kestabilan tanah.

3) Pembuatan Tanggul dan Bendungan
Konstruksi tanggul dan bendungan dapat membantu mengontrol aliran air, mengurangi tekanan air, dan melindungi permukiman dari banjir bandang. Diperlukan kerjasama semua pihak agar tanggul dan bendungan dapat dibangun. Setelah dibangun tentunya juga memerlukan perawatan secara berkala.

4) Pembuatan Saluran Air yang Efisien
Saluran air yang efisien dapat membimbing aliran air dengan baik, mencegah genangan, dan mengurangi potensi terjadinya banjir bandang. Perlu perencanaan yang cermat dalam pembuatan saluran air agar sesuai dengan kondisi geografis setempat. Pemeliharaan saluran air dengan tidak membuang sampah sembarangan juga adalah hal yang perlu menjadi perhatian.

5) Sosialisasi kepada Masyarakat
Pendidikan masyarakat tentang bahaya banjir bandang dan tindakan pencegahan yang dapat diambil adalah kunci untuk mengurangi risiko bencana. Diperlukan sosialisasi berupa penyuluhan dan pelatihan dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, terutama di daerah rawan banjir bandang. Ini bisa dilakukan melalui kolaborasi antara BPBD setempat, tokoh masyarakat, serta LSM.  Sosialisasi juga termasuk informasi cara mempersiapkan tas darurat dengan perlengkapan penting seperti pakaian, makanan, obat-obatan, dan dokumen penting. Ini dapat mempermudah dalam situasi evakuasi cepat.

6) Penataan Ruang Kota yang Bijak
Perencanaan tata ruang kota yang bijak dapat menghindari pembangunan di daerah rawan banjir bandang. Pembebasan lahan yang tidak terkendali perlu dihindari guna mencegah risiko banjir. Untuk masyarakat yang sedang mencari hunian, upaya memilih lokasi rumah yang tidak berada di daerah rawan banjir bandang dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif.

7) Asuransi Kebencanaan
Perlindungan properti juga banyak ditawarkan oleh banyak perusahaan asuransi. Jika berminat dengan asuransi ini, pastikan bahwa polis asuransi mencakup risiko banjir bandang. Ini dapat membantu dalam pemulihan finansial setelah kejadian banjir.

Setidaknya, ketujuh upaya di atas, jika diimplementasikan dengan baik, dapat membantu melindungi rumah dan keluarga dari dampak serius banjir bandang. Semoga kita semua selalu terlindungi dari ancaman banjir bandang. Aamiin. 

Ada yang pernah punya pengalaman kebanjiran? Share di kolom komen yaa..


*Pict : Canva

Rabu, 19 Maret 2025

Review Film Stranger Things (2016), Petualangan Menegangkan Era 80-an

Once upon a time in a small town of Hawkins, Indiana, 1983. 

Cerita dimulai ketika seorang anak bernama Will Byers menghilang secara misterius setelah pulang dari rumah temannya. Ibunya, Joyce Byers, yang putus asa mencari putranya, mulai mengalami kejadian aneh di rumah mereka, termasuk menerima telepon dari suara misterius yang diyakininya adalah Will. 

Kepala Polisi Hawkins, Jim Hopper, mulai menyelidiki kasus ini dan menemukan bukti bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di Hawkins Lab, sebuah fasilitas penelitian pemerintah yang rahasia.

Di sisi lain, tiga sahabat Will yaitu Mike, Dustin, dan Lucas — juga melakukan pencarian sendiri. Dalam pencarian mereka, para remaja SMP Hawkins itu bertemu seorang gadis misterius berkepala plontos yang menyebut dirinya "Eleven" sesuai tanda angka 11 di lengannya. Eleven ternyata memiliki kekuatan telekinetik dan tampaknya ada hubungan juga dengan hilangnya Will. Dengan bantuan Eleven, kelompok ini menemukan bahwa Will telah tersesat di dimensi gelap bernama "The Upside Down." Dunia lain itu dihuni oleh makhluk berbahaya yang mengancam dunia nyata. 

Eleven

Seiring berjalannya waktu, rahasia besar mengenai Hawkins Lab mulai terungkap. Dr. Martin Brenner, ilmuwan yang bertanggung jawab atas eksperimen tersebut, menjadi tokoh antagonis yang berusaha merebut kembali Eleven karena perannya yang penting dalam percobaan mereka. Di tengah perjuangan ini, Mike dan teman-temannya berusaha melindungi Eleven sekaligus mencari cara untuk membawa Will kembali dari The Upside Down.

Friends don't lie. — Eleven

Apakah Will berhasil ditemukan dan dibawa kembali ke dunia nyata? Yang pasti, efek dari dunia gelap tersebut terus menghantui dan mengancam warga Hawkins. 

Ulasan

Stranger Things adalah serial yang memadukan elemen horor, misteri, dan drama keluarga. Serial ini tidak hanya menarik peminat film bergenre horor atau fiksi ilmiah seperti aku, tetapi juga untuk penonton yang suka kisah persahabatan atau drama remaja. 

Suasana era 80-an yang berhasil tergambarkan dengan baik di film ini, membawa penonton bernostalgia ke masa-masa dengan sepeda BMX, kaset radio, style pakaian, serta lagu-lagu zaman itu. 

Sebenarnya buatku tontonan ini tidak terlalu menyeramkan (karena bukan tentang iblis atau pembunuhan). Tapi mengikuti alur ceritanya, film Stranger Things cukup menegangkan dan bikin penasaran ingin menonton episode selanjutnya. Btw ini review untuk musim pertama aja ya, karena aku memang baru nonton Season 1 yang seluruhnya ada 8 episode. Totalnya ada 5 musim, dan Season 5 baru akan tayang 2025 ini. Cuss lah lanjut nonton :) 

Penampilan para aktor dalam Stranger Things menurutku jadi salah satu kekuatan serial Netflix ini. Millie Bobby Brown berakting keren sebagai Eleven, dengan ekspresi emosional yang kuat meskipun minim dialog. Winona Ryder berperan dengan sangat meyakinkan sebagai Joyce Byers, seorang ibu yang hampir putus asa serta penuh emosi yang mendalam. David Harbour sebagai Jim Hopper tampil dengan karisma kuat, memerankan kepala polisi yang keras di luar namun penuh kepedulian. 

Akting Winona Ryder 

Empat sekawan 

Aktor muda seperti Finn Wolfhard, Gaten Matarazzo, dan Caleb McLaughlin yang menjalin circle pertemanan, juga terlihat menonjol dengan akting mereka yang alami serta mampu membawa nuansa persahabatan yang hangat ke dalam cerita.

Aku sedikit kaget waktu liat Demogorgon, sosok monster dalam film ini, mirip dengan alien yang ada di film A Quite Place (2018), yang sekuelnya terus diproduksi hingga 2024. Sempat terpikir apakah kedua film itu ada hubungannya? Padahal tak ada. 


Stranger Things Season 1 diberi rating usia 15+. Episodenya banyak menampilkan dunia gelap, juga ada adegan dewasa dan kekerasan. So, meski mengisahkan remaja sebaiknya pendampingan orang dewasa perlu ada saat anak usia tanggung menonton film ini.

Sejak penayangan perdananya, Stranger Things banyak dapat penghargaan bergengsi, di antaranya Screen Actors Guild Award untuk "Ensemble Terbaik dalam Drama Seri" (2017); MTV Movie & TV Awards untuk "Pertunjukan Terbaik Tahun Ini" (2017); People's Choice Awards untuk "Drama TV Favorit" (2018).

Klik diskon All Day Perfect Serum Foundation

Kesimpulan

Stranger Things bukan hanya sekadar serial tentang makhluk dari dunia lain, tetapi juga cerita tentang persahabatan, pengorbanan, dan kekuatan keluarga. 

Buat yang cari film dengan plot yang menegangkan dan karakter yang berkesan, serial Stranger Things dengan rating IMDb 8,7/10 ini boleh jadi pilihan tontonan.

*Pict: imdb.com, Stranger Things Wiki

Jumat, 28 Februari 2025

Pengalaman Cek Kesehatan Gratis, Kado Ultah Ibu

28 Februari 2025.

Hari ini ibuku ulang tahun ke 85. Barakallaahu fii umrik... Alhamdulillah, semoga sehat wal afiat terus ya Ibu, Eyang tersayang. 

Biasanya, saat Ibu ultah kami sekeluarga anak cucu Ibu, kumpul makan-makan dan berdoa bersama, bisa di rumah atau di rumah makan. Kebersamaan simpel seperti itu saja jadi kebahagiaan tersendiri bagi Ibu. 

Tapi ada yang berbeda pada milad Ibu tahun ini. Yup Ibu dapat kado ulang tahun dari Pemerintah, berupa cek kesehatan gratis tis.. Sebenernya, cek kesehatan bukan hal yang baru buat Ibuku. Ibu adalah orang yang aware dengan kesehatannya sendiri, dan selalu cek darah mandiri di laboratorium minimal setahun 2 kali. 

"Cek lab enggak usah nunggu sakit", ujar ibu mengajarkan kami. Menurut ibu, deteksi dini penyakit jauh lebih baik dari pada pengobatan setelah menderita penyakit. 

Qadarullah tgl 28 Februari ini jatuhnya hari Jumat. Rencana mau Cek Kesehatan Gratis (CKG) hari Sabtu tidak jadi karena Sabtu itu hari pertama puasa Ramadhan. 

Aku yang mengantar Ibu CKG awalnya merasa H2C (harap-harap cemas), karena lokasi yang ditunjuk untuk pemeriksaan cek kesehatan itu hanya Puskesmas. Tidak ada pilihan CKG di Klinik seperti Fasilitas Kesehatan pertama BPJS. 

Puskesmas? Mmm.. Kapan ya terakhir ke Puskesmas? Lewat doang sih sering, sambil melihat antrenya orang-orang yang berobat di sana. Tapi, karena ibu yang semangat '45 untuk CKG di hari lahirnya, aku bela-belain cuti kantor deh tuk nganter ke Puskesmas.
 

Cara Daftar Cek Kesehatan Gratis

Untuk yang belum tau, CKG adalah program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia dan mengurangi beban penyakit yang bisa dicegah (sumber: kemenkes.go.id). 

CKG menjadi kado ultah dari negara kepada masyarakat Indonesia dan sudah dimulai sejak 10 Februari 2025 yang lalu. Jadi, setiap warga negara yang berulang tahun, berhak memiliki tiket cek kesehatan gratis pada tanggal ulang tahunnya, dengan masa berlaku hingga 30 hari setelah ultah.

Masyarakat yang bisa mendapatkan CKG ini mulai dari bayi/balita, remaja, dewasa, hingga lansia. Untuk anak/remaja usia sekolah (7-17 tahun), kabarnya CKG akan dilaksanakan di sekolah-sekolah pada Juli 2025.

Berikut cara Ibu memperoleh CKG di Puskesmas:
  1. Unduh aplikasi Satu Sehat Mobile di ponsel, isi profil. Fyi, aplikasi ini merupakan pengganti aplikasi PeduliLindungi yang sudah almarhum. Jika kita pernah pakai PeduliLindungi saat zaman Covid-19 dulu, record vaksinasi dan sertifikatnya masih dapat ditemukan di Satu Sehat Mobile.
  2. Setelah mengisi profil, cari fitur Pemeriksaan Kesehatan Gratis. 
  3. Klik tiket pemeriksaan untuk mendaftar 
  4. Pilih lokasi Puskesmas dan tanggal kedatangan (maksimal H+30 setelah tanggal ultah) 
  5. Datang ke Puskesmas pada hari yang telah di-booking di tiket.
Gampang banget kan?
Oya di aplikasi Satu Sehat Mobile, kita juga dapat mendaftarkan anak atau keluarga untuk CKG. Jadi aplikasinya cukup dari 1 ponsel untuk mendaftarkan beberapa orang.

Aplikasi Satu Sehat Mobile & Fitur untuk Daftar CkG

Alternatif pendaftaran CKG lainnya adalah melalui chatbot WhatsApp di nomor 081110500567. Atau, untuk yang tidak memiliki ponsel, bisa juga langsung daftar ke Puskesmas di hari ultahnya. 

Pendaftaran ke Puskesmas tak harus sesuai domisili lho. Bisa pilih Puskesmas beda kecamatan atau bahkan Puskesmas beda kota dengan yang tercantum di KTP, jika kita sedang berada di luar kota.

Ibuku pilih Puskesmas terdekat dan sesuai dengan area KTP, yaitu Puskesmas Bogor Timur.


Akhirnya ke Puskesmas

Saat tiba jadwal CKG Ibu di Puskesmas, itu sebenarnya adalah momen langka, karena sudah berpuluh tahun kami tidak menginjakkan kaki di faskes primer itu hehe...

Datang pukul 7.20 karena khawatir antre, saat itu pengunjung Puskesmas sudah banyak yang datang (sekitar 10-12 orang) dan tampak mengerumuni seseorang yang sedang membagikan nomor antrean. Sementara pintu masuk Puskesmas belum dibuka.

Pintu masuk Puskesmas

"Lansia, balita, ibu hamil, laboratorium, gigi, yang sudah daftar online...", seru orang yang mengangkat tangannya membagi-bagikan tiket nomor. Ternyata pembagian nomor antrean dipisah sesuai kategorinya, dibedakan dengan huruf di depannya. A001, C002, F003, dst. Mirip sih dengan di rumah sakit swasta yang membedakan kode nomor antrean pasien reguler, pasien asuransi, pasien BPJS, dll. Tapi kok metodenya berkerumun rebutan gitu? 

Ada kursi tunggu di halaman Puskesmas, so aku minta Ibu duduk di situ sambil menunggu aku ambil nomor antrean.

"Cek Kesehatan Gratis pak, ambil di sini juga nomornya?" tanyaku agak berteriak di tengah kerumunan.

"Itu nanti langsung aja kalau udah ada petugasnya," jawab si Bapak yang membuatku langsung mundur dari kerumunan. Aku pun duduk di sebelah ibu, menunggu pintu masuk Puskesmas terbuka.

Jam 8 kurang 10 pintu dibuka, di dalam ruangan masih tampak sedang dibersihkan. Ada mesin tiket nomor yang letaknya di dekat pintu masuk, dan ada petugas yang berdiri di sebelahnya.

Aku perhatikan beberapa orang yang baru datang (tapi mungkin udah biasa berobat di situ), menghampiri petugas itu di dalam, meminta nomor. Owh hmm.. ternyata kerumunan tadi hanya untuk membagikan nomor buat yang datang pagi banget sebelum pintu dibuka.  

Penasaran, aku masuk menghampiri si petugas tiket. Saat bilang cek kesehatan gratis, petugas itu tanya apakah sudah daftar di aplikasi. Karena sudah daftar, aku langsung diberikan tiket nomor: G002, yang berarti antrean kedua untuk CKG. Ada skrining mandiri di aplikasi Satu Sehat dan petugas itu mengarahkan aku untuk mengisinya. 


Aku baru tau kalau lansia menjadi prioritas pertama di Puskesmas. "Lansia silahkan masuk, lanjut nomor A1 sampai A10 masuk", sahut petugas mempersilakan pasien masuk saat pukul 8 lebih sedikit. Kami pun masuk.

Kesan Puskesmas zaman dahulu berubah setelah kami melangkah masuk. Ruangannya ber-AC, bersih dan rapi tertata. Ada papan petunjuk di sisi atas menandai bagian/poli di Puskesmas ini. 

Dari pintu masuk terlihat meja pendaftaran dan tangga ke lantai 2. Kursi tunggu pasien berbaris rapi di kanan kirinya. Kursi khusus prioritas ada di barisan paling depan kursi tunggu itu. Mantap deh, Puskesmas ini kini nyaman, serta ramah lansia, ibu hamil dan penyandang disabilitas. 

Ruang tunggu Puskesmas, ada kursi prioritas

Tahapan Cek Kesehatan Gratis

Nomor antrean dipanggil dengan mesin dan tampak di layar TV. Baru duduk sebentar, nomor Ibu dipanggil ke meja pendaftaran dan diminta menyerahkan KTP. Petugas juga memberi form lembaran yang harus diisi. "Setelah diisi nanti ke sini lagi ya, tuker dengan KTP-nya", ujar petugas. 

Aku bantu Ibu isi form, yang isinya kurang lebih sama dengan data diri dan pertanyaan skrining di aplikasi. Setelah selesai, kami diminta menunggu nama Ibu dipanggil meja periksa. Letaknya di depan meja pendaftaran. 

Meja periksa di depan ruang dokter khusus lansia

Nama Ibu dipanggil tak berapa lama, lalu di meja itu Ibu dicek tensi, BB/TB, dan lingkar perut, Selanjutnya menunggu dipanggil dokter di ruangannya yang ternyata khusus pasien lansia. Lima menit kemudian nama Ibu dipanggil lagi, kali ini oleh dokter, untuk masuk ruang periksa. 

"Selamat ulang tahuun... ", sapa Bu Dokter dengan ramah saat kami masuk ruangan. Ibu tertawa kecil lalu mengucapkan terima kasih. Dan, cek kesehatan pun dimulai. 

Beberapa tes kesehatan yang dilakukan di ruang dokter umum untuk lansia adalah sebagai berikut:
1. kesehatan jiwa : ditanya-tanya soal perasaan, kecemasan atau kegelisahan
2. motorik kasar : diminta untuk duduk bangun dari kursi serta mengangkat satu kaki bergantian
3. daya ingat : diberikan 3 kata, lalu diminta menyebutkan kembali kata-kata tersebut selang beberapa waktu
4. motorik halus : diminta untuk menggambar
5. pendengaran: dites apakah mendengar bisikan
6. cek mata : pemeriksaan langsung dengan senter
7. pertanyaan mengenai riwayat penyakit pribadi dan keluarga (hepatitis, diabetes, kanker, jantung, kolesterol, TBC), serta penyakit yang baru diderita 3 bulan terakhir
8. pertanyaan mengenai lifestyle (merokok, olahraga, pola makan). 

Sekitar 20-30 menit Ibu dicek di ruang dokter umum ini. Setelah tes-tes tersebut dilakukan dan datanya diinput langsung via komputer, dokter membuat 3 surat pengantar, yaitu untuk:
1. cek darah
2. cek gigi, dan 
3. tes EKG (elektro kardiografi) 
Dokter mengarahkan, setelah keluar hasilnya, Ibu diminta balik lagi untuk konsultasi. 

Cek darah dilakukan di laboratorium yang  letaknya di belakang Puskesmas. Ada ruang tunggu tersendiri untuk masuk lab, menunggu namanya giliran dipanggil. Pemeriksaan darah yang dilakukan meliputi gula puasa, kolesterol, HDL dan LDL. Waktu menunjukkan pukul 9.35 dan hasil lab bisa diambil pukul 11.30.

Ruang tunggu lab, difoto dari dalam

Dari laboratorium ibu menuju ruang tindakan untuk dites EKG. Posisi ruangannya di tengah-tengah, di sebelah apotek. Namun, petugas di ruang tindakan mengarahkan Ibu untuk ke ruangan lain, yang berada di belakang atas, dekat dengan laboratorium tadi. Tidak ada orang dalam ruangan itu, dan kami diminta menunggu. 

Agak lama kami menunggu karena infonya petugasnya sedang memeriksa calon  haji. Sekitar setengah jam kemudian, datang petugas yang akan melakukan EKG. Tesnya sendiri tidak sampai 10 menit selesai,  dengan oleh-oleh kertas grafik rekam jantung. 

Ruang periksa EKG

Setelah EKG, kami lanjut ke Poli Gigi. Ibu langsung dipersilakan masuk, duduk di kursi tunggu (hanya ada 2 kursi), meskipun sedang ada perawatan pasien di sana. Ada 2 bed khusus untuk tindakan/ perawatan gigi di poli ini. Setelah salah satu pasien selesai, Ibu diminta tiduran di bed untuk diperiksa. 

Pemeriksaan gigi di sini ternyata hanya untuk melihat/observasi kondisi gigi dan gusi. Perawat gigi menuliskan hasil pemeriksaannya di kertas surat pengantar. Selesai, dalam 5 menit ;-). Saking cepetnya, ibu sampai harus diinfo 2 kali kalau pemeriksaan giginya sudah selesai. "Sudah selesai di sini ya bu, ayo Ibu bangun", kata mbak Perawat melihat Ibu yang masih tiduran aja. 

Poli gigi

Waktu itu sekitar pukul 10.30 dan kami harus menunggu hasil cek lab sejam lagi. Akhirnya kami keluar Puskesmas untuk cari makanan/jajanan. Untunglah di sekitar Puskesmas Bogor Timur banyak penjual makanan (gerobak, warung dan rumah makan) karena dekat dengan sekolah SMA. Bahkan ada es krim durian viral lho di sebrang Puskesmas ini. 

Singkat cerita, setelah ambil hasil lab, Ibu kembali ke ruang periksa dokter dengan membawa semua hasil pemeriksaan di Poli lainnya itu. Dokter membacakan hasilnya, lalu merekomendasikan Ibu untuk pemeriksaan lebih lanjut ke Spesialis Mata dan Spesialis Penyakit Dalam. Hanya rekomendasi ya. Bukan memberi rujukan, karena CKG bukan pemeriksaan BPJS.  Jika ingin diberi rujukan dan pengobatan lanjutan gratis, Ibu harus daftar lagi dengan kepesertaan BPJS. 

Selesai, jam 12 kurang, pas sebelum Jum'atan. Total 4 jam lebih kami berada di Puskesmas untuk CKG. 

Kesimpulan 

Disclaimer: kesimpulan cerita ini berlaku sesuai pengalaman CKG di Puskesmas Bogor Timur. Di lokasi lain kemungkinan ada perbedaan.

Nah, kesimpulan dan kesan dari kado CKG di hari ultah Ibu ini bisa disimak berikut.
  • Ternyata Puskesmas sekarang cukup nyaman dengan sistem pelayanan tak kalah dengan rumah sakit besar, khususnya untuk Lansia. 
  • Sepertinya peminat CKG juga sedikit, atau yang ultah di bulan Januari-Februari gak banyak kah?? Jadi tak perlu khawatir antre panjang, karena nomor anteannya pun dipisah. 
  • Program CKG ini sebetulnya sangat bermanfaat dan cukup lengkap khususnya untuk lansia. Namun untuk beberapa hal test-nya terasa kurang akurat karena hanya tes melalui tanya jawab seperti riwayat hepatitis, kanker dan TBC. 
  • Cek Kesehatan Gratis bukan ditujukan untuk pengobatan, namun bila terdeteksi ada penyakit, Puskesmas akan memberikan obat standar gratis. Sedangkan jika perlu penanganan dokter spesialis dan minta rujukan, maka kita perlu daftar ulang dengan BPJS. 

So, berminat ikut CKG? Ini hak kita lho sebagai WNI. Info dari web Kemenkes, nilai CKG setara Rp 1,6 juta sampai Rp 2 juta! 

Btw, ada sedikit tips nih untuk yang mau CKG, hasil pengalamanku mengantar ibu:
  1. Pastikan sudah daftar di Aplikasi Satu Sehat sebelum datang. 
  2. Gunakan baju nyaman yang longgar agar mudah saat dicek darah dan EKG. 
  3. Datang pagi agar dapat nomor awal dan tidak terjebak dalam crowded-nya orang yang berobat. 
  4. Jangan lupa bawa masker. 
  5. Puasa makan sejak malam karena akan dites darah, salah satunya: gula puasa
  6. Bawa bekal makan/snack dan air mineral agar tidak kelaparan/kehausan sambil menunggu giliran
  7. Sediakan waktu seharian dan kesabaran, karena tidak dapat dipastikan selesainya kapan/berapa jam.
***