Selasa, 01 Juli 2025

Cerita Short Trip ke Surabaya

Long wiken akhir Juni ini sempat bikin galau. Si adik, anak SMA, mulai libur sekolah 2 minggu lebih. Sementara kakaknya yang kuliah di Surabaya libur juga, tapi ada kegiatan organisasi di bulan Juli. Nanggung kalau si kakak balik ke Bogor, akhirnya diputuskan yang di Bogor ajalah ke Surabaya. 

Eh ternyata si adik ada janji acara pula hari Sabtu malamnya, yang gak mau banget dilewatkan. Jadilah perjalanan dirancang sesingkat mungkin. Berangkat Rabu malam, Sabtu pagi udah di Bogor lagi. Terkesan maksain banget sih, semalam doang di Surabaya, yang dengan perjalanan jadi 3 malam. Tapi its okay lah, biar tetep ada cerita liburan, dan sesekali ngumpulin kakak beradik ini di Surabaya 😊. 

Perjalanan ke Surabaya

Berangkat ke Surabaya, kami naik kereta api (KA) malam Gumarang Jakarta Pasar Senen - Surabaya Pasar Turi kelas eksekutif. Jadwal berangkat pukul 21.30. Sebenarnya ada banyak pilihan kereta lain yang menurut pengalaman "lebih nyaman". Pilihan jatuh ke KA Gumarang dengan pertimbangan sampai di Surabaya pukul 8.00 pagi. 

Jadwal kereta lainnya, ada yang tiba di Surabaya pukul 2 dini hari atau ada juga yang pukul 4 subuh. Berhubung tak ada rencana ke rumah kerabat, kami menghindari tiba di Surabaya sebelum matahari terbit, agar bisa langsung jalan-jalan sebelum check-in hotel jam 2 siang. 

Review naik KA Gumarang Eksekutif nanti aku buat di tulisan berbeda ya 😏. 

Jalan-jalan Seputar Surabaya Pusat

Waktu menunjukkan pukul 8 lewat 5 menit di Stasiun Pasar Turi Surabaya saat kereta Gumarang yang kami naiki tiba. Karena belum sarapan, jadi kami rencana sarapan dulu di luar stasiun. Setelah ketemuan dengan si kakak yang memang aku suruh nyamperin ke stasiun, kami berdiskusi mau ke mana. Sebetulnya udah direncanakan sih kalau jalan-jalannya di seputar Surabaya Pusat aja, agar tak jauh dari hotel di daerah Genteng, Surabaya Pusat. 

1. Ke Monumen Kapal Selam

Akhirnya kami putuskan menuju ke Monumen Kapal Selam (Monkasel), yang sudah buka sejak pukul 8.00. Kalau baca beberapa review di Google katanya ada banyak tempat makan di sana, jadi kami pikir sekalian aja cari sarapan di sana. 

Sampai di Monkasel, niat langsung dapat sarapan pupus sudah, karena yang ada kios warung-warung yang hanya menjual minuman dan snack. Ada kantin di bagian dalam pun, tutup atau belum buka. Yaa sudahlah tahan dulu laparnya, kita langsung menuju ke kapal selam... Hehe. 


Monkasel dibangun untuk mengenang KRI Pasopati, kapal selam yang punya peran penting zaman perjuangan Indonesia. Monumen ini dibuka resmi tahun 1998, diresmikan oleh KSAL Laks. Arief Kushariadi dan sampai sekarang jadi salah satu ikon kota Surabaya. Ini kalo untuk orang Surabaya sendiri mungkin bosen lihat monumen kapal selam, karena kapal ini ‘parkir’ permanen di jalan raya protokol, tepatnya di Jl. Pemuda No. 39, Embong Kaliasin, Surabaya. Bisa kelihatan dari jalan, kalau tiap lewat situ. Tapi buat kami yang dari Bogor, ya lumayan penasaran pingin liat isinya. 


KRI Pasopati 410 termasuk kapal selam tipe Whiskey Class buatan Vladivostok, Rusia. Mulai aktif di Angkatan Laut Indonesia sejak 29 Januari 1962, tugasnya cukup berat, mulai dari menyerang kapal musuh, patroli diam-diam, sampai ikut operasi penting seperti Trikora. Kapal lawas ini punya panjang 76,6 meter dan lebar 6,3 meter. 



Berikut foto-foto bagian dalam Monkasel. Untungnya saat itu masih pagi dan hari kerja (Kamis), jadi pengunjung tidak terlalu ramai. Kami menyusuri ruangan kapal selam dari pintu masuk depan sampai pintu keluar belakang, lumayan agak sumpek... padahal pengunjung masih sedikit dan di beberapa ruangan dipasang AC.

Tempat tidur Perwira

Ruang Komandan - sempit hehe..


Ruang komunikasi, ruang mesin, sonar, bilik hitung, kamar mandi

Pintu antar ruang - ada yang harus menunduk untuk lewat situ. 
Tiga kali lewatin pintu bulat itu, ampun deh kalo orang tua sih susah pasti

Periskop atau teropong kapal selam

Fasilitas di area Monkasel sendiri cukup lengkap. Ada toilet, musholla, ruang nonton film dokumenter (Video Rama), pertunjukan musik live, dan naik perahu di wisata air Kalimas. Di sekitar lokasi juga ada kios tempat jajan makanan/minuman, kolam renang kecil tuk anak, dan kios suvenir buat oleh-oleh. Oya harga tiket Rp15K perorang sudah include menonton film dokumenter. Tapi kami skip nonton itu, karena tayangnya agak siang. 

Tak terasa sudah sejam lebih kami menjelajah isi kapal selam. Keluar dari Monkasel, hawa panas mulai terasa membakar kulit. Waktu menunjukkan  pukul 10 kurang dan kami belum sarapan juga hahah, sekalian makan siang ini mah 😫.

Saat jalan keluar monumen, kami baru ngeh kalau persis di sebelahnya itu ada mal Plaza Surabaya. Bahkan kita bisa masuk dari parkirannya di dalam. Yo wes lah jalan sedikit ke mal, kami ngadem sambil cari makan. 

Plaza Surabaya buka jam 10 teng dan kami langsung menuju food court-nya untuk isi perut.

2. Ke Kota Lama Surabaya

Selesai makan, di mal muter-muter sebentar, setelah itu kami naik taksi online ke Kota Lama Surabaya. Driver taksol memberikan masukan, kalau ke Kota Lama sebetulnya lebih menarik sore hari untuk view dan foto-foto. Tapi berhubung waktunya tidak memadai, kami tetap ke Kota Lama siang itu. 

Pemandangan Kota Lama yaa... mirip Kota Tua Jakarta, dengan berbagai gedung kuno peninggalan Belanda yang tetap dipertahankan bentuk bangunannya. Ada juga jambatan merah dan pusat grosir Plaza Jembatan Merah. Pusat lokasi Kota Lama adalah taman dengan pohon rindang dan beberapa spot untuk duduk-duduk. Di pinggir taman banyak juga bentor (becak motor) yang menawarkan keliling Kota Tua dengan tarif Rp20K. 

Sudut-sudut Kota Lama Surabaya
Ada replika mobil Jend. Mallaby, Perwira Inggris yang terbunuh tahun 1945

Di salah satu sudut di taman Kota Lama ini juga ada lapangan yang bisa digunakan untuk main basket atau main bola.

Ada beberapa anak sedang main bola saat kami lewat situ, dan cuaca sedang terik. Aku dan si kakak cari tempat ngadem sambil foto-foto, sementara si adik malah nonton bocah main bola. Yah maklum anak yang ini memang hobi bola dan olahraga sejak kecil. 

Saat ditinggal foto-foto, eh taunya dia ikut main bola dong.. Ohemji. Ini anak sok asik apa emang supel banget sampe bisa membaur sama bocil yang gak dikenal?!

Bocah gede nimbrung main bola dengan bocah cilik :))

Komen si adik setelah selesai jadi penjaga gawang: "Seru bunda, ini tuh vibes-nya kayak di Brazil".

"Hah..?"

3. Check in Hotel

Setengah jam menjelang waktu check in, kami beranjak dari Kota Lama menuju hotel. Hotelnya di daerah Genteng, yaitu Surabaya River View. 

Oya kami menclok ke sana kemari itu sebetulnya berdekatan semua tempatnya. Jadi kalau naik taksi online itu dari tadi tarifnya hanya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu aja. 

Proses check-in di Hotel Surabaya River View (SRV) mudah dan cepat plus dapat harga terbaik booking dari Agoda dengan promo pembayaran pakai Jenius. Aku pilih family room dengan 1 double bed + 1 single bed untuk 3 orang. 

Hotel bintang 3 ini bersih dan punya pool di rooftop-nya lantai 12. Setelah istirahat, menjelang sore anak-anak jagoan itupun berenang di pool hotel. 

Review lengkap hotel ini, nantikan yaa... 😊

4. Makan Malam di Resto AYCE

Aku yang niat mau makan malam khas Surabaya atau Jawa Timuran, terpaksa harus "mengalah" karena keinginan si adik yang ingin menraktir makan di resto all you can eat (AYCE). Ish, kapan lagi ditraktir sama anak... Tak boleh ditolak. Wkwkwk. 

Resto yang dipilih namanya Ikon, Korean AYCE. Letaknya tak terlalu jauh dari hotel, di Jln. Kertajaya 42A, Gubeng, Surabaya. Yang lucu, titik di map taksi online salah. Alhasil sempat bikin kita nyasar masuk gang perumahan. Tenyata posisi Ikon ini di sebrang jalan titik yang salah tadi. 

Makan di Ikon ini yah begitulah, AYCE bukan tipe resto favoritku sih. Tapi anak-anak puas. Interiornya K-Popers banget, menunya banyak dan tidak mengecewakan. 

Berikut pricelist-nya (Juni 2025) :
- Dewasa : Rp132.825 nett/pax
- Anak-anak di bawah 110cm : Free
- Anak-anak 110 cm - di bawah 140 cm : Rp66.412 nett/pax
- Anak-anak 140cm-di atasnya : Harga dewasa

Durasi makan di resto ini 120 menit dan untuk reservasi disyaratkan minimal 4 orang dewasa + DP 50%.

Lebih lengkapnya bisa cek di Instagram resto ini : @ikon_kita.

Dari Ikon tadinya aku niat mlaku-mlaku nang Tunjungan. Ehh ternyata gerimis dong keluar dari resto. Dari pada kepala pening karena kebanyakan daging + kehujanan, akhirnya kami balik ke hotel. 

5. Ke Jl. Tunjungan

Jalan-jalan di Tunjungan kesampean besok harinya setelah kami check-out. Keluar hotel, langsung jalan kaki yang sekitar 500 meter aja sudah sampai ke Jl. Tunjungan. Di sini juga mirip suasana di Braga Bandung, banyak bangunan hotel, dan pertokoan/tempat makan. 

Kami sempat melewati Museum Surabaya Siola yang tutup karena hari itu tanggal merah. Lalu masuk ke FamilyMart besar yang di dalamnya ada barista robot. Si adik pesan kopi americano karena pingin lihat robot beraksi. Dari situ kami sampai di Tunjungan Plaza (TP), yang menurut Wikipedia merupakan mal terbesar kedua di Indonesia. Pusat perbelanjaan ini punya 6 bangunan utama yang saling berhubungan (Tunjungan Plaza 1-6).

Halaman Museum Surabaya Siola

Robot barista "Omron"

Capek jalan di mal, akhirnya kami isi perut di foodcourt di TP-2 siang itu. 

6. Ke Pusat Oleh-oleh Bu Rudy sebelum Pulang

Di TP mau beli oleh-oleh kok gak ada yang sreg, akhirnya kami keluar mal dan naik taksi online lagi menuju Pusat Oleh-oleh Bu Rudy. Di sini mah gudangnya oleh-oleh. Apa aja ada. 

Setelah sejam di Bu Rudy (lama karena antre kasir), kami pun bergegas menuju Terminal Bungurasih. Tebak naik apa? Perdana naik sleeper bus KYM Trans Surabaya Bogor! 

Kenapa gak naik kereta lagi? Pingin nyobain aja supaya ada pengalaman baru di perjalanan singkat ini. Next lagi yaa cerita tentang sleeper busnya 🤭. 

Okay... Gitu deh cerita short trip ke Surabaya.

Minggu, 01 Juni 2025

Review Film Final Destination: Bloodlines – Nostalgia Ngeri dengan Twist Baru

Malem minggu, aye pergi ke bioskop... (lanjut nyanyi sendiri deh hihihi). 

Akhirnya, setelah sekian lama, film thriller legendaris Final Destination comeback lagi dengan judul Final Destination: Bloodlines. Aku semangat dong, nonton di bioskop berdua anak (tenaang.. ini anaknya udah punya KTP kok). Semangat, bukan semata karena filmnya sih, tapi karena tiketnya Buy One Get One di Cinepolis hahaha (sponsored by Jenius).


Kalau kalian dulu tumbuh bareng film-film ini sambil tutup mata pas adegan “kematian berantai” dimulai, siap-siap nostalgia. 

Sinopsis (bukan spoiler)

Cerita Bloodlines ini bukan kelanjutan dari film sebelumnya, tapi semacam latar belakang yang mengulik asal-usul mengapa kematian bisa begitu kejam dan terorganisir.

Tokoh utamanya adalah Stefani Reyes, seorang mahasiswi pintar di kelasnya. Eh kok jadi inget Nasa si mahasiswi di cerbung itu... 👀 

Ceritanya Stefani terus menerus dihantui mimpi buruk tentang kecelakaan di era jadul yang tidak pernah dia pahami, sampai ganggu tidur dan bikin kacau kuliahnya. Mimpi itu membawanya kembali kepada keluarga, bertemu dengan nenek yang tak pernah ia temui sebelumnya, serta menggali rahasia kelam keluarganya sendiri.

Dari situ cerita khas Final Destination dimulai. Satu per satu keluarganya mulai tewas dalam kejadian aneh, brutal, dan penuh "pertanda" seperti biasanya.

Btw, dibandingkan 5 film sebelumnya, ada yang berbeda di film Final Destination terbaru, yaitu adanya benang merah di masa lalu, ada sesuatu yang diwariskan pada silsilah keluarga Stefani. Di sinilah judul "Bloodlines" mulai terasa maknanya.

Jika mengikuti seluruh film Final Destination (FD) sebelumnya, kecelakaan yang "seharusnya" merenggut maut korban sejak awal kejadian bisa dirangkum sebagai berikut:

  • Final Destination (2000): kecelakaan pesawat
  • Final Destination 2 (2003): kecelakaan di jalan melibatkan truk pembawa batang kayu
  • Final Destination 3 (2006): kecelakaan roller coaster
  • The Final Destination (2009): kecelakaan lintasan balap
  • Final Destination 5 (2011): runtuhnya jembatan gantung
  • Final Destination: Bloodlines (2025): runtuhnya menara skyview. 

Kalau kalian, dari film FD pertama sampai kelima, mana yang paling nyatol di memori? Aku sih FD 2 dan FD 5, yang jadi bikin waspada di jalanan dan paling gelisah kalo sedang naik mobil dengan posisi ada di belakang truk barang 😖. Tapi gak tau sih, apakah itu karena efek filmnya, atau karena sering tayang di TV dan ditonton berulang-ulang heheh.. 

Dan ternyata, si batang kayu itu nongol lagi di episode Bloodlines 😵‍💫. 

Pemeran Utama

  • Kaitlyn Santa Juana sebagai Stefani Reyes
  • Teo Briones sebagai Charlie Reyes, adik laki-laki Stefani
  • Richard Harmon sebagai Erik Campbell, sepupu Stefani
  • Owen Patrick Joyner sebagai Bobby Campbell, sepupu Stefani
  • Rya Kihlstedt sebagai Darlene Campbell, ibu Stefani
  • Anna Lore sebagai Julia Campbell, sepupu Stefani
  • Brec Bassinger sebagai Iris Campbell muda, nenek Stefani
  • Tony Todd (alm) sebagai William Bludworth, karakter ikonik pengurus rumah duka dari seri-seri sebelumnya.

Aku baru tau setelah film berakhir, kalau ternyata FD Bloodlines adalah film pamungkasnya Tony Todd. Ia syuting dalam keadaan sakit, atas permintaannya sendiri. Aktor pemeran film Candyman itu meninggal dunia pada 6 November 2024 silam karena kanker perut dalam usia 69 tahun.

"Hidup itu berharga. Nikmati setiap detiknya. Anda tidak pernah tahu kapan... Semoga beruntung." - Tony Todd
Quotes itu mengharukan, karena kabarnya merupakan improvisasi dari Tony Todd sendiri, di luar skenario. 

FD Bloodlines disutradarai oleh Zach Lipovsky dan Adam B. Stein yang dikenal sebagai sutradara film Freaks. Film produksi New Lines Cinema ini produsernya adalah Craig Perry – produser veteran dari seluruh seri Final Destination.

Kesimpulan

Film Final Destination : Bloodlines, terasa berbeda plot dari seri sebelumnya.  Ceritanya  bukan cuma nunggu siapa yang dijemput maut duluan, tapi juga mikir: “apa ada cara buat ngelawan takdir?” Tapi intinya sama dengan film-film sebelumnya, yaitu : kematian tidak suka diganggu. 

Ada beberapa humor receh di sela film ini, yang menurutku sih gak perlu ya karena mengganggu ketegangan. Tapi secara keseluruhan tetap seru ditonton. 

Buat yang perdana nonton Final Destination, film FD Bloodlines ini bisa banget jadi pintu masuk merasakan atmosfer kelam khas seri ini, bagaimana kematian datang dengan cara "kreatif".

Dan, di balik semua kebrutalan yang dihadirkan, terselip pesan, jangan meremehkan hal-hal kecil dalam hidup. 

Siapa yang udah nonton? 

***

Jumat, 23 Mei 2025

Ada Titik Merah di Matanya (Bagian 3)

Baca episode sebelumnya : Bagian 1 dan Bagian 2

Rumah yang Tidak Pernah Dibangun

Setelah malam itu, suasana kampus Teknik Arsitektur perlahan berubah. Studio belakang tetap dikunci, tapi tak ada lagi hawa dingin yang menyergap setiap mahasiswa yang lewat. Para dosen pun tampak lebih ringan langkahnya, seolah satu lapisan kabut tak kasat mata yang selama ini menyelimuti ruangan-ruangan tua itu akhirnya terangkat. 


Tapi bagi Nasa, semua itu bukan sekadar perubahan suasana. Itu adalah akhir dari bab lama yang selama ini diam-diam membebaninya sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di kampus ini, serta awal dari perjalanan baru yang lebih jujur.

Vira dan Rere, yang dulu hanya melihat Nasa sebagai "mahasiswi baru aneh", kini melihat sosok yang berbeda. Mereka tahu Nasa bukan sekadar mahasiswa baru biasa yang sesekali diam dan sesekali tertawa. Ia adalah seseorang yang selama ini membawa luka, menyembunyikannya di balik garis-garis sketsa arsitektural, dan menguncinya dalam senyum palsu yang hanya muncul untuk menenangkan orang lain. Di balik semua itu, ia adalah anak perempuan yang belum benar-benar melepaskan ibunya.


Hari-hari berikutnya diisi dengan hal-hal kecil yang bermakna. Nasa mulai lebih sering duduk di tengah keramaian. Ia tidak lagi menarik diri ke tangga musholla saat senja, tapi ikut membantu Mas Didi, OB pengganti Alm. Mas Oboy, mengangkat gelas-gelas plastik bekas ke tempat sampah. Sesekali, ia bahkan bercanda. Candaan yang tidak menyeramkan, tapi hangat. 

Rere memperhatikan, titik merah di mata itu benar-benar hilang. Seperti bercak tinta yang akhirnya larut setelah hujan panjang.

Namun bukan berarti semuanya kembali normal begitu saja. Di malam-malam tertentu, Vira masih mengaku mendengar suara langkah kaki di lorong studio belakang, padahal seharusnya tak ada siapa-siapa. Rere sendiri masih bermimpi berada di ruangan kosong dengan lampu redup, meski kini tidak ada lagi bayangan Nasa bermata merah. 

Tapi mereka semua belajar menerima, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa sepenuhnya dijelaskan. Ada luka yang tidak akan benar-benar sembuh, melainkan hanya berdamai. Dan itu tidak apa-apa.


Suatu sore, mereka bertiga duduk di kantin, memandangi maket besar yang sedang disusun untuk pameran tugas akhir semester. Nasa membuka sketsa lama milik almarhum Mas Oboy—ya, ternyata Mas Oboy pernah iseng menggambar desain rumah impiannya. Rumah kecil dengan halaman luas dan satu jendela besar di ruang tamu.

Nasa menatap gambar itu lama, lalu berkata, “Aku pingin bangun rumah ini suatu hari nanti. Tapi bukan buat aku. Buat orang-orang yang enggak punya tempat buat pulang.”

Kalimat itu membuat Vira terdiam. Rere menatap Nasa dalam-dalam. Di situ, mereka sadar: Nasa tidak lagi hanya ingin menggambar bangunan. Ia ingin membangun tempat yang punya arti. Dan mungkin, di tengah semua horor yang pernah mereka alami, itulah yang paling menyentuh. Seorang gadis muda yang kehilangan arah, kini ingin menjadi arah bagi orang lain.


Kampus perlahan kembali hidup. Mahasiswa sibuk dengan deadline, dosen kembali galak, kantin mulai kehabisan kopi lagi. Tapi di balik semua itu, mereka yang tahu cerita Nasa menyimpan kisah itu di dalam hati. Cerita tentang seorang gadis yang matanya pernah menyimpan titik merah, tapi hatinya menyimpan cinta yang terlalu besar untuk disimpan sendiri.
Beberapa bulan kemudian, Nasa membuat desain bangunan untuk lomba arsitektur antar-universitas. Judul proyeknya: “Rumah yang Tak Pernah Dibangun”. Desainnya menyerupai rumah kecil dalam sketsa Mas Oboy, tapi dengan tambahan taman kecil di belakang dan satu ruang yang hanya berisi cermin, bunga putih, dan dinding penuh kutipan.


Salah satu kutipan di dinding itu berbunyi:

“Luka tidak selalu harus disembuhkan. Kadang cukup diterima, dipeluk, dan diberi tempat untuk tinggal.”, 

Nasa tidak memenangkan lomba itu. Tapi desainnya dipajang di lobi kampus. Setiap mahasiswa yang lewat bisa membacanya. Dan bagi mereka yang tahu cerita di baliknya, itu bukan sekadar desain. Itu adalah monumen keheningan, kehilangan, dan harapan.


Pagi itu, Nasa menatap pantulan dirinya di cermin gantung di kamar kosnya. Tidak ada titik merah lagi di matanya. Kalau Rere tidak cerita padanya, Nasa sendiri tidak pernah sadar saat kehadiran titik merah itu beberapa bulan yang lalu. 

Di depan cermin, Nasa sedikit terkaget, lalu diam.

Ia akhirnya mengingat semuanya.

Selama ini, Nasa berpikir dirinya hanya “melihat-lihat”, menjadi saksi pasif dari keanehan di kampus Arsitektur: Mas Oboy jatuh dari tangga, pak Darto tukang sapu yang menghilang sore-sore, sketsa kak Dimas yang hilang, serta Diba yang teriak-teriak histeris di toilet. Tapi ternyata, Nasa selalu ada di sana.

Bukan secara fisik. Tapi sesuatu dalam dirinya yang berpindah-pindah tanpa ia sadari. Ia pikir ia sedang di kamar ketika Mas Oboy terjatuh. Tapi Farrel temannya pernah bilang, “Lo sempat numpang ngeprint pagi itu di lantai atas, kan?” Nasa membantah, tapi flashdisk-nya ditemukan di printer lantai itu. Ia pikir ia tak pernah bertemu tukang sapu itu, tapi namanya pernah tercatat di laporan kejadian di TU: “Mahasiswi Nasa memberi tahu bahwa Pak Darto sempat muntah di dekat studio.” Dan seterusnya... 

Nasa pikir ia hanya lupa.

Padahal, ia dipakai. 

Titik merah itu... penanda perantara. Ada entitas penghuni kampus yang tak bisa menyentuh dunia nyata tanpa tubuh—dan ia memilih orang-orang yang “tidak terlihat": mahasiswa baru yang pendiam, yang sedih berkepanjangan, atau yang sering melamun sendirian. Seperti Nasa.

Nasa menunduk. Ia tahu ini bukan tentang memilih lagi.

Ini soal waktu, karena kampus itu belum selesai memilih korban berikutnya.


TAMAT. 

Kamis, 08 Mei 2025

Ada Titik Merah di Matanya (Bagian 2)

Baca sebelumnya : Ada Titik Merah di Matanya (Bagian 1)

Tiga hari setelah kejadian di kamar mandi, kampus Teknik Arsitektur mulai terasa… berat. Suasana mencekam bukan cuma dari kejadian-kejadian aneh, tapi juga dari energi orang-orang di dalamnya. Mahasiswa jadi gampang marah, dosen sering kehilangan fokus, dan kantin mendadak sering sepi. Seolah-olah semua sedang menahan sesuatu—tapi entah apa.

Studio belakang yang sebelumnya direnovasi, mendadak ditutup permanen. Di pintunya, dipasang segel garis kuning oleh pihak kampus, tanpa ada pengumuman resmi.


"Kayaknya ada yang meninggal di dalam," bisik Dimas waktu Vira dan Rere melewati depan studio malam itu.

"Lu tau dari mana kak?"

"Gue nguping Pak Darto ngomong di telepon. Katanya... mereka nemu noda darah di salah satu meja gambar. Tapi enggak ada jasad."


Di tengah semua kekacauan itu, Nasa tetap aneh. Dan juga terlihat makin rapuh.

Vira akhirnya berani duduk bareng Nasa di tangga musholla. Mereka lama saling diam. Hanya duduk, sambil mendengar suara azan Maghrib dari masjid seberang.

“Kamu pernah ngerasa kayak... enggak pengen bangun dari tidur?” tanya Nasa tiba-tiba.

Vira menoleh. “Kenapa?”

Nasa tak menjawab. Matanya melamun jauh, tapi kali ini bukan kosong. Tampak ada kesedihan berat di situ.

“Aku... masih denger suara ibu, Vir... Di kamar kosan. Kadang dia bilang dia dingin. Kadang dia bilang dia sendirian.”

Vira menahan napas. Lalu Nasa lanjut bicara.

“Dulu, ibu sering duduk nemenin aku gambar. Kalau aku marah-marah karena salah garis, dia yang tenangin. Tapi waktu terakhir... dia nangis. Dia bilang dia enggak kuat hidup sendiri.”


Hari berikutnya, Rare yang memutuskan untuk cari tahu lebih jauh tentang Nasa. Dia nekat ke TU dan minta arsip mahasiswa baru, dengan alasan perlu data untuk acara angkatan.


Setelah nego dan senyum-senyum ke Mbak Lisa staf TU, Rere berhasil mendapatkan data Nasa.

Nama lengkap: Anasashia D. Pramesti
Tempat Tanggal Lahir: Malang, 3 Maret 2006
Orang tua: Alm. Pramesti A.R. (Ibu)

Ada yang bikin Rere merinding. Di bagian bawah arsip, tertulis catatan kecil:

"Wali mahasiswa meninggal dua minggu sebelum registrasi ulang. Surat kematian diserahkan oleh pihak RT, tidak oleh keluarga."

Dan satu lagi:
Foto pendaftaran ulang Nasa... matanya tertutup! 


Malam itu, Rere mimpi buruk lagi. Dia ada di studio belakang, semua meja gambar kosong. Tapi ada satu meja punya bercak merah, tepat di atas kertas kalkir.

Lalu Nasa muncul di ujung ruangan. Rambutnya terurai, wajahnya pucat, dan matanya… merah. 

Bukan cuma titik. Satu bola matanya penuh warna merah.

Dan dia berbisik: 

"Aku… enggak mau sendiri…”

***

Mata yang Menyimpan Rumah

Pagi itu, kabar duka beredar cepat di grup angkatan.

Mas Oboy meninggal.

Kabar itu membuat kantin Arsitektur sunyi. Biasanya ada Mas Oboy yang sering melempar candaan receh setiap lewat meja makan kantin. Sekarang, kursi bakso dekat meja kasir tempat dia biasa duduk, ditutup kain hitam.

“Katanya serangan jantung,” bisik Bu Ratna dari TU.

Tapi Rere tahu… malam sebelum Mas Oboy meninggal, dia melihat Nasa berdiri sendirian di depan gudang kantin. Tatapannya kosong. Dan matanya merah.


Vira, Rere, dan Dimas akhirnya sepakat. Ini bukan kebetulan. Mereka harus bicara langsung dengan Nasa. Tapi malam itu, kamar kos Nasa kosong. Pemilik kos bilang dia keluar sejak pagi dan belum pulang.

“Neng Nasa tuh anak baik sebenernya, cuma… kadang suka ngomong sendiri tengah malam,” ujar ibu kos pelan. “Pernah juga saya denger dia minta maaf... sambil nangis.”


Pencarian mereka berakhir di studio belakang, meski segelnya sudah jelas-jelas: DILARANG DIBUKA.

Tapi saat itu, pintunya terbuka sedikit. Seperti memang disiapkan.

Di dalam, ruangannya dingin. Semua meja diselimuti debu, kecuali satu: meja gambar tua di pojok ruangan. Di atasnya, ada kalkir lusuh dan garis-garis merah samar seperti bekas tangan.

Tiba-tiba Nasa muncul dari bayangan. Tubuhnya lemas, wajahnya seperti habis menangis berhari-hari.

“Aku enggak mau bikin kalian takut…” suaranya lirih. “Tapi ibu enggak pergi. Dia nunggu di sini.”

Semua terdiam.

“Aku kira… kalau aku kuat, aku bisa jalan sendiri. Tapi ternyata aku cuma pura-pura. Aku gambar rumah buat tugas, tapi yang sebenarnya aku cari... tempat buat ibu pulang.”

Nasa menatap mereka satu-satu. Di matanya, titik merah itu kini menyala samar. Tapi bukan menyeramkan. Lebih seperti... luka yang belum sembuh.

“Seringkali, kita tak butuh tempat tinggal. Kita cuma butuh seseorang yang bisa jadi rumah.”


Tiba-tiba, angin dingin berembus. Cahaya lampu di studio redup. Di cermin yang tergantung di dinding, muncul bayangan perempuan senyumnya lembut, matanya sendu.

Nasa mendekat. “Bu… udah cukup. Aku enggak sendiri lagi.”


Cermin itu retak perlahan. Dan saat retakannya menghilang, sosok di dalamnya juga lenyap. Udara mendadak hangat. Hening. Tenang.

Titik merah di mata Nasa perlahan memudar.


Malam itu, Vira, Rere dan Nasa duduk di tangga musholla kampus, menatap langit.

Nasa akhirnya tersenyum, bukan senyum kosong, tapi tulus. Matanya basah, tapi bersih.

"Terima kasih udah tetap di sini, walaupun aku aneh. Kadang kita cuma butuh satu orang yang mau duduk bareng kita dalam diam.”


BERSAMBUNG... 

Jumat, 25 April 2025

Ada Titik Merah di Matanya


Hari pertama jadi mahasiswa baru di Teknik Arsitektur Universitas Raya. 

Nasa datang paling pagi, duduk di bangku depan aula utama. Semua mahasiswa baru memakai baju setelan putih hitam, dengan pita di lengan kanan. Warna pita beda-beda sesuai jurusannya. Saat itu rambut Nasa dikuncir seadanya, nyaris acak-acakan. Mukanya polos tanpa riasan makeup. Dari kejauhan orang bisa salah kira. Dia seperti anak yang salah masuk ruangan.

Tapi yang bikin orang menoleh bukan penampilannya. Ada sesuatu dari cara Nasa memandang. Tatapannya kosong, dingin. Seperti orang yang sedang mendengar suara lain di kepalanya.

“Eeh, itu yang dikuncir, duduk paling depan. Tau enggak namanya?” bisik Vira ke Rere, teman satu kelompok ospek-nya. Mereka duduk di baris ketiga.

“Enggak tau, tapi liat warna pitanya biru berarti satu jurusan sih. Eh keliatan tuh nametag-nya, NASA. Nama atau planet sih?”

Mereka terkikik, tertawa kecil. Tapi tawa itu langsung hilang saat Nasa tiba-tiba menoleh ke arah mereka. Ia senyum lebar banget, tanpa kedip. Vira langsung pura-pura mengucek matanya.


Hari-hari ospek berjalan normal. Yup, seperti biasanya ospek arsitektur: ada begadang, bikin maket dadakan, dimarahi kakak tingkat, ngopi di kantin -yang entah kenapa lebih sering kehabisan kopi dari pada nasi.

Vira juga makin kenal dengan teman-teman sejurusannya. Termasuk Nasa, yang ternyata punya nama Nasashia. Tapi yang aneh bagi Vira, makin sering ia melihat Nasa, makin banyak hal yang… bikin kepalanya terus bertanya-tanya.

Kadang Nasa bisa jadi orang yang super heboh, bantu satu angkatan membuat maket bareng, atau tertawa paling kenceng di kantin saat dengan lelucon dari Mas Oboy, si office boy kampus yang suka dadakan jadi stand-up comedian.

Tapi besoknya, dia bisa menghilang. Datang-datang duduk sendirian di tangga belakang musholla kampus, memandang lama ke arah langit. Seharian itu tidak bicara sepatah kata pun.


Sampai suatu hari, saat presentasi tugas studio, laptop Rere mendadak nge-hang. Semua gambar desainnya hilang. Panik, dia buru-buru lari ke TU untuk pinjam laptop cadangan. Di lorong, dia melihat Nasa berdiri diam, menghadap tembok.

“Nasa?”

Tak ada respon. Rere berjalan lebih dekat, niat menepuk bahu Nasa… tapi langsung mundur.

Mata Nasa... merah. Bukan keseluruhan mata. Tapi ada satu titik kecil merah di tengah matanya. Seperti bercak darah. Dan itu bukan efek cahaya.

Seketika, Rere merasa pusing. Bulu kuduknya merinding. Tanpa berpikir, dia langsung putar badan dan lari.


Besoknya, Mas Oboy tidak terlihat. Info yang beredar, ia jatuh dari tangga gudang. Tapi gosipnya, dia sempat teriak-teriak histeris malam-malam. Saat Satpam menemuinya, Mas Oboy cuma bisa mengucap satu kalimat, berulang-ulang:

"Dia… liat aku… titik merahnya… liat aku…”

***

Baca juga : Review Film Stranger Things

Sketsa yang Hilang

Semenjak kejadian di lorong itu, Rere jadi susah tidur. Bayangan mata Nasa dengan titik merah itu terus terbayang. Dia bahkan sempat bermimpi buruk: matanya sendiri berdarah, dan di cermin, yang dia lihat bukan dirinya—tapi Nasa, tersenyum tanpa ekspresi.

Yang lebih aneh, keesokan harinya di studio, Nasa kembali ceria seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi apa-apa.

"Rere, lu kenapa? Pucet banget," tanya Vira sambil duduk di sebelahnya.

Rere mau menjelaskan kejadian di lorong itu, tapi dia ragu. Bahkan dia sendiri tidak yakin apakah itu nyata atau cuma ilusi karena kecapekan. Tapi yang bikin makin ganjil, ternyata bukan cuma Rere yang mengalami hal aneh.

"Eh," Vira mendekat ke Rere berbisik, "Lu denger enggak? Sketsa-sketsanya Kak Dimas ilang. Padahal udah ditaruh di loker TU."

Dimas, mahasiswa semester lima yang terkenal perfeksionis itu, mendadak murung. Katanya sketsa untuk tugas akhir yang sudah dikerjakan berbulan-bulan, hilang begitu aja. Anehnya, cuma sketsanya yang lenyap—barang lain di loker masih ada.


"Enggak masuk akal…" gumam Dimas di lorong sambil menunduk, "Ada yang ngambil… tapi bukan manusia… gue liat dia. Dia mandang gue."


Hari-hari selanjutnya makin aneh. Pak Darto, tukang sapu senior yang tiap pagi biasa menyapu halaman depan kampus, menghilang dua hari tanpa kabar. Waktu akhirnya muncul lagi, dia terlihat linglung.

"Pak Darto, sakit ya kemarin?" tanya Bu Ratna dari kantor TU sambil  menyusun map.

Pak Darto cuma menggeleng pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

"Ada yang manggil saya, Bu… dari studio belakang. Padahal udah kosong."

Studio belakang, tempat mahasiswa tingkat akhir biasa kerja, ditutup sementara karena renovasi kecil. Tapi malam sebelumnya, ada mahasiswa yang pulang malam bilang, sempat melihat lampunya menyala sebentar.


Vira mulai curiga.

“Nasa… aneh banget. Kadang dia kayak nyambung banget sama kita, tapi kadang kayak orang lain. Gue pernah liat dia diem di musholla, ngeliatin jendela, sambil nyebut nama ibunya.”

Rere mengangguk pelan. “Lu pernah denger dia cerita soal keluarganya?”

“Belum. Tapi… kemarin gue nekat nanya.”

Vira membuka ponselnya, nunjukin catatan kecil yang dia tulis.

"Katanya, ibunya meninggal dua minggu sebelum dia keterima kuliah di sini. Bunuh diri. Lompat dari lantai dua rumahnya… Nasa yang pertama nemuin jasadnya.”

Suasana mendadak sunyi. Bahkan suara denting sendok di kantin kampus seperti berhenti sebentar.


Dan malam itu… sesuatu kembali terjadi.

Di cermin toilet kampus, salah satu mahasiswi, Diba, berteriak histeris. Waktu ditanya, dia bilang sempat lihat Nasa di cermin... padahal saat itu Nasa absen seharian.

Dina bersumpah melihat mata Nasa… ada titik merahnya, tapi bukan cuma satu.

Ada dua.


BERSAMBUNG... 

Jumat, 18 April 2025

Kenali Penyebab dan Cara Mencegah Banjir Bandang

Bekasi-Jawa Barat, 4 Maret 2025.

Banjir bandang melanda wilayah Bekasi setelah hujan deras mengguyur sejak 2 malam sebelumnya. Sejumlah wilayah tergenang dengan ketinggian banjir hingga 2,5 meter, dan ribuan warga terdampak. Salah satu lokasi terparah adalah Perumahan Villa Nusa Indah 1 dan 2 dengan ketinggian air nyaris menutup atap rumah lantai satu.

Di Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, ketinggian air mencapai 2 meter, sehingga warganya banyak dievakuasi menggunakan perahu karet. Dampak serupa juga dialami beberapa titik di Bekasi Timur dan Bekasi Utara.

Di Desa Buni Bakti, banjir disebabkan oleh meluapnya air Sungai Cikarang Bekasi Laut setelah mendapat kiriman air dari Sungai Cikeas dan Kali Bekasi pada Selasa 4 Maret 2025 pagi, sehingga mengakibatkan 11.000 warga di 36 RT dari 17 RW di Desa Buni Bakti terdampak. 

Banjir juga turut merendam kawasan pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat, yang viral di media sosial video lantai dasar Mega Mall Bekasi terendam banjir dengan sejumlah barang dagangan hanyut. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi menyebutkan bahwa banjir yang terjadi di wilayah Bekasi adalah akibat luapan Kali Bekasi yang menerima limpahan air dari Kali Cikeas dan Kali Cileungsi. Pada bencana  tersebut tercatat sebanyak 24.576 jiwa dan 4.644 Kepala Keluarga terdampak. (Liputan6.com, Kompas.com)

Foto : Antara/Jasmine Nadhya Thanaya


banjir-bekasi-2025
Foto : Instagram @infojawabarat


Selain di Bekasi, sepanjang 2024 hingga awal 2025, beberapa wilayah di Indonesia juga dilanda banjir bandang. Seperti di Sukabumi-Jawa Barat, Agam-Sumatera Barat, Bima-NTB, Deli Serdang-Sumatera Utara, Pekalongan-Jawa Tengah yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang tidak sedikit.

Apa sebenarnya yang menyebabkan kejadian tersebut dan bagaimana cara mencegah banjir bandang?

Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba. Peristiwa alam ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk hujan deras, longsor, letusan gunung berapi, atau retakan dam. Banjir bandang ditandai dengan aliran air yang sangat kuat dan dapat menyapu segala sesuatu yang ada di jalurnya, termasuk tanah, pohon, dan bangunan. Kecepatan dan kekuatan air yang tinggi membuatnya sangat berbahaya dan membuat kerusakan yang serius.

Daerah yang Rawan Banjir Bandang

Sudah tahu ciri daerah yang rawan banjir bandang? Berikut  beberapa di antaranya:

1. Topografi Curam
Daerah dengan topografi yang curam, seperti lembah dan pegunungan, dapat meningkatkan risiko banjir bandang. Air hujan dapat mengalir dengan sangat cepat di daerah ini.

2. Daerah Pegunungan atau Perbukitan
Daerah yang terletak di sekitar pegunungan atau perbukitan memiliki kemungkinan tinggi untuk mengalami banjir bandang, terutama jika curah hujan tinggi terjadi di lokasi tersebut.

3. Dekat Aliran Sungai atau Lereng Gunung
Daerah yang terletak di sepanjang aliran sungai atau dekat lereng gunung memiliki potensi tinggi untuk mengalami banjir bandang, terutama jika ada hujan intensitas tinggi atau perubahan cuaca yang cepat.

4. Aktivitas Vulkanik
Daerah yang terletak dekat dengan gunung berapi dapat mengalami banjir bandang sebagai dampak letusan gunung berapi atau longsoran material vulkanik.

5. Kondisi Tanah yang Rentan Erosi
Tanah yang rentan terhadap erosi, terutama jika tanah telah kehilangan tutupan vegetasi alami, dapat meningkatkan risiko banjir bandang.

Cara Mencegah Banjir Bandang

Khususnya  bagi yang tinggal di daerah rawan banjir, diperlukan upaya untuk melindungi diri dan lingkungan dari dampak buruk banjir bandang. Namun pengetahuan semacam ini menurutku dibutuhkan oleh semua orang, sebagai informasi tanggap darurat dan penanggulangan bahaya banjir di manapun. 

Di bawah ini adalah beberapa cara mencegah banjir bandang yang dapat dilakukan. Upaya ini tentunya memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

1) Pemantauan Curah Hujan
Sistem pemantauan cuaca yang canggih dapat membantu mengidentifikasi potensi hujan deras yang dapat menyebabkan banjir bandang. Pemerintah dalam hal ini BMKG sebetulnya sudah memiliki beberapa sistem pemantauan seperti Radar Cuaca, Citra Satelit, Early Warning System, yang seyogyanya bermanfaat untuk mengambil tindakan pencegahan termasuk warning kepada masyarakat. Namun menilik kabar wilayah terdampak serta korbannya, aku bertanya-tanya apakah sistem BMKG ini betul-betul telah berjalan dengan baik?

2) Penanaman Pohon dan Vegetasi
Vegetasi, seperti pohon dan semak, memiliki peran kritis dalam menyerap air hujan dan mencegah erosi tanah. Penanaman vegetasi di daerah resiko tinggi dapat mengurangi risiko banjir bandang dan menjaga kestabilan tanah.

3) Pembuatan Tanggul dan Bendungan
Konstruksi tanggul dan bendungan dapat membantu mengontrol aliran air, mengurangi tekanan air, dan melindungi permukiman dari banjir bandang. Diperlukan kerjasama semua pihak agar tanggul dan bendungan dapat dibangun. Setelah dibangun tentunya juga memerlukan perawatan secara berkala.

4) Pembuatan Saluran Air yang Efisien
Saluran air yang efisien dapat membimbing aliran air dengan baik, mencegah genangan, dan mengurangi potensi terjadinya banjir bandang. Perlu perencanaan yang cermat dalam pembuatan saluran air agar sesuai dengan kondisi geografis setempat. Pemeliharaan saluran air dengan tidak membuang sampah sembarangan juga adalah hal yang perlu menjadi perhatian.

5) Sosialisasi kepada Masyarakat
Pendidikan masyarakat tentang bahaya banjir bandang dan tindakan pencegahan yang dapat diambil adalah kunci untuk mengurangi risiko bencana. Diperlukan sosialisasi berupa penyuluhan dan pelatihan dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, terutama di daerah rawan banjir bandang. Ini bisa dilakukan melalui kolaborasi antara BPBD setempat, tokoh masyarakat, serta LSM.  Sosialisasi juga termasuk informasi cara mempersiapkan tas darurat dengan perlengkapan penting seperti pakaian, makanan, obat-obatan, dan dokumen penting. Ini dapat mempermudah dalam situasi evakuasi cepat.

6) Penataan Ruang Kota yang Bijak
Perencanaan tata ruang kota yang bijak dapat menghindari pembangunan di daerah rawan banjir bandang. Pembebasan lahan yang tidak terkendali perlu dihindari guna mencegah risiko banjir. Untuk masyarakat yang sedang mencari hunian, upaya memilih lokasi rumah yang tidak berada di daerah rawan banjir bandang dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif.

7) Asuransi Kebencanaan
Perlindungan properti juga banyak ditawarkan oleh banyak perusahaan asuransi. Jika berminat dengan asuransi ini, pastikan bahwa polis asuransi mencakup risiko banjir bandang. Ini dapat membantu dalam pemulihan finansial setelah kejadian banjir.

Setidaknya, ketujuh upaya di atas, jika diimplementasikan dengan baik, dapat membantu melindungi rumah dan keluarga dari dampak serius banjir bandang. Semoga kita semua selalu terlindungi dari ancaman banjir bandang. Aamiin. 

Ada yang pernah punya pengalaman kebanjiran? Share di kolom komen yaa..


*Pict : Canva

Rabu, 19 Maret 2025

Review Film Stranger Things (2016), Petualangan Menegangkan Era 80-an

Once upon a time in a small town of Hawkins, Indiana, 1983. 

Cerita dimulai ketika seorang anak bernama Will Byers menghilang secara misterius setelah pulang dari rumah temannya. Ibunya, Joyce Byers, yang putus asa mencari putranya, mulai mengalami kejadian aneh di rumah mereka, termasuk menerima telepon dari suara misterius yang diyakininya adalah Will. 

Kepala Polisi Hawkins, Jim Hopper, mulai menyelidiki kasus ini dan menemukan bukti bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di Hawkins Lab, sebuah fasilitas penelitian pemerintah yang rahasia.

Di sisi lain, tiga sahabat Will yaitu Mike, Dustin, dan Lucas — juga melakukan pencarian sendiri. Dalam pencarian mereka, para remaja SMP Hawkins itu bertemu seorang gadis misterius berkepala plontos yang menyebut dirinya "Eleven" sesuai tanda angka 11 di lengannya. Eleven ternyata memiliki kekuatan telekinetik dan tampaknya ada hubungan juga dengan hilangnya Will. Dengan bantuan Eleven, kelompok ini menemukan bahwa Will telah tersesat di dimensi gelap bernama "The Upside Down." Dunia lain itu dihuni oleh makhluk berbahaya yang mengancam dunia nyata. 

Eleven

Seiring berjalannya waktu, rahasia besar mengenai Hawkins Lab mulai terungkap. Dr. Martin Brenner, ilmuwan yang bertanggung jawab atas eksperimen tersebut, menjadi tokoh antagonis yang berusaha merebut kembali Eleven karena perannya yang penting dalam percobaan mereka. Di tengah perjuangan ini, Mike dan teman-temannya berusaha melindungi Eleven sekaligus mencari cara untuk membawa Will kembali dari The Upside Down.

Friends don't lie. — Eleven

Apakah Will berhasil ditemukan dan dibawa kembali ke dunia nyata? Yang pasti, efek dari dunia gelap tersebut terus menghantui dan mengancam warga Hawkins. 

Ulasan

Stranger Things adalah serial yang memadukan elemen horor, misteri, dan drama keluarga. Serial ini tidak hanya menarik peminat film bergenre horor atau fiksi ilmiah seperti aku, tetapi juga untuk penonton yang suka kisah persahabatan atau drama remaja. 

Suasana era 80-an yang berhasil tergambarkan dengan baik di film ini, membawa penonton bernostalgia ke masa-masa dengan sepeda BMX, kaset radio, style pakaian, serta lagu-lagu zaman itu. 

Sebenarnya buatku tontonan ini tidak terlalu menyeramkan (karena bukan tentang iblis atau pembunuhan). Tapi mengikuti alur ceritanya, film Stranger Things cukup menegangkan dan bikin penasaran ingin menonton episode selanjutnya. Btw ini review untuk musim pertama aja ya, karena aku memang baru nonton Season 1 yang seluruhnya ada 8 episode. Totalnya ada 5 musim, dan Season 5 baru akan tayang 2025 ini. Cuss lah lanjut nonton :) 

Penampilan para aktor dalam Stranger Things menurutku jadi salah satu kekuatan serial Netflix ini. Millie Bobby Brown berakting keren sebagai Eleven, dengan ekspresi emosional yang kuat meskipun minim dialog. Winona Ryder berperan dengan sangat meyakinkan sebagai Joyce Byers, seorang ibu yang hampir putus asa serta penuh emosi yang mendalam. David Harbour sebagai Jim Hopper tampil dengan karisma kuat, memerankan kepala polisi yang keras di luar namun penuh kepedulian. 

Akting Winona Ryder 

Empat sekawan 

Aktor muda seperti Finn Wolfhard, Gaten Matarazzo, dan Caleb McLaughlin yang menjalin circle pertemanan, juga terlihat menonjol dengan akting mereka yang alami serta mampu membawa nuansa persahabatan yang hangat ke dalam cerita.

Aku sedikit kaget waktu liat Demogorgon, sosok monster dalam film ini, mirip dengan alien yang ada di film A Quite Place (2018), yang sekuelnya terus diproduksi hingga 2024. Sempat terpikir apakah kedua film itu ada hubungannya? Padahal tak ada. 


Stranger Things Season 1 diberi rating usia 15+. Episodenya banyak menampilkan dunia gelap, juga ada adegan dewasa dan kekerasan. So, meski mengisahkan remaja sebaiknya pendampingan orang dewasa perlu ada saat anak usia tanggung menonton film ini.

Sejak penayangan perdananya, Stranger Things banyak dapat penghargaan bergengsi, di antaranya Screen Actors Guild Award untuk "Ensemble Terbaik dalam Drama Seri" (2017); MTV Movie & TV Awards untuk "Pertunjukan Terbaik Tahun Ini" (2017); People's Choice Awards untuk "Drama TV Favorit" (2018).

Klik diskon All Day Perfect Serum Foundation

Kesimpulan

Stranger Things bukan hanya sekadar serial tentang makhluk dari dunia lain, tetapi juga cerita tentang persahabatan, pengorbanan, dan kekuatan keluarga. 

Buat yang cari film dengan plot yang menegangkan dan karakter yang berkesan, serial Stranger Things dengan rating IMDb 8,7/10 ini boleh jadi pilihan tontonan.

*Pict: imdb.com, Stranger Things Wiki