Ini tulisan random sih, gegara beres-beres lemari lalu menemukan beberapa lembar kain kecil teronggok di pojokan. FYI, sesuai KBBI, kata "saputangan" ditulis menyambung, bukan terpisah ya. Ah, generasi sekarang apakah ada ya, yang kenal dengan selembar kain kotak serbaguna itu? Anak saya yang Gen-Z aja taunya "lap", atau "handuk kecil" (karena berbahan handuk).
Saya pribadi pernah jadi pengguna saputangan, tepatnya semasa sekolah dasar. Dulu ibu selalu menyiapkan saputangan untuk dibawa ke sekolah. Sesuai fungsinya, bekal saputangan itu dimaksudkan untuk mengelap mulut atau keringat. Pada masanya, saputangan juga berguna kalau sedang flu, untuk menutup mulut/hidung saat batuk atau bersin, atau untuk membuang ingus. Penggunaan saputangan ini long lasting alias bisa dipakai dan dicuci berkali-kali.
Warna, motif dan bahan saputangan saat itu macam-macam. Untuk anak-anak dibuat saputangan warna warni cerah atau bergambar berbagai macam karakter kartun. Saya ingat dulu pernah punya saputangan bergambar Tweety si burung kuning dan satu lagi bergambar Winny the Pooh. Lucu-lucu banget lho untuk dikoleksi. Saputangan untuk orang dewasa umumnya punya motif lebih kalem seperti garis, kotak-kotak, atau bunga-bunga di tepi kainnya.
Saya juga ingat ada beberapa jenis saputangan eksklusif berharga mahal. Ini biasanya karena diproduksi oleh brand ternama seperti LV, YSL, Pierre Cardin, Polo dan sebagainya. Ada lagi saputangan mahal produksi lokal karena berhias bordiran indah yang limited edition, atau berbahan sutra dengan hiasan eksklusif. Keren deh kalau punya saputangan mahal kayak gitu.
Sayangnya, kain serbaguna itu kini hilang kepopulerannya. Pernah lihat orang pegang saputangan? Pasti saat ini jadi pemandangan yang langka. Iseng browsing di sebuah marketplace, masih banyak sih yang jual saputangan berbagai jenis. Berarti masih ada pembeli atau pemakai dong ya... Hmm.
Saya memang tak pernah beli saputangan baru, tapi di rumah ada stok saputangan yang jarang dipakai. Beberapa yang lebih sering dipakai berbahan handuk, digunakan untuk lap keringat setelah olahraga, atau untuk mengompres saat anak demam. Sedangkan yang berbahan tipis, jarang sekali dipakai sendiri dan lebih sering dipinjam ibu saat beliau bepergian.
Mengapa disebut Saputangan
Tiba-tiba aja terllintas di kepala, kenapa sih disebut saputangan? Dari berbagai referensi, ada dua versi mengapa kain itu disebut saputangan.
Pertama, saputangan berasal dari kata sapu dan tangan. Seperti kita ketahui, sapu merupakan alat kebersihan. Begitu pula dengan saputangan yang menjadi alat kebersihan untuk membersihkan bagian tubuh, terutama tangan. Jadilah istilah saputangan.
Kedua, kata saputangan berasal dari kata saput dan tangan. Kata "saput" ada di KBBI artinya lapisan, penutup atau selaput. Dalam konteks ini, saputangan berarti penutup tangan atau lap tangan. Jadi kata saputangan merujuk pada kain yang digunakan untuk menutupi tangan.
Di sisi lain, kata saputangan dalam bahasa Inggris yaitu handkerchief, berasal dari kata kerchief yang merupakan gabungan 2 kata bahasa Perancis: couvrir (artinya menutupi), dan chef (artinya kepala). Jadi kerchief adalah kain yang dipakai untuk menutupi kepala. Lalu, untuk membedakan saputangan yang kemudian banyak dibawa di saku, ditambahkan kata "hand". Sehingga maknanya handkerchief ini adalah kain penutup untuk menyeka tangan atau hidung.
Fakta tentang Saputangan
Ada beberapa fakta menarik seputar saputangan yang berhasil saya kumpulkan. Cekidot yuk.
- Saputangan sudah digunakan pada abad ke 85-87 SM sebagai penyeka keringat, namun terbuat dari jalinan rumput. Ini disebut-sebut dalam karya penyair Romawi kuno, Catulus. Abad ke-1 SM, baru muncul saputangan dari bahan kain yang digunakan oleh masyarakat kelas atas.
- King Richard II dari Inggris (1367-1400) disebut sebagai orang pertama yang menggunakan saputangan untuk membersihkan hidungnya.
- Di Italia pada abad ke-14, muncul pertama kali saputangan dari rami yang dipotong bentuk bujursangkar kecil dan diberi renda-renda. Ini digunakan sebagai alat untuk bertutur sapa dengan cara melambaikan saputangannya.
- Raja Henri II dari Perancis turut memberi andil penyebaran saputangan yang mahal dan eksklusif, dengan hiasan bordir yang mewah.
- Saputangan sebagai tanda cinta diduga terinspirasi dari drama Otthelo yang digubah oleh William Shakespeare pada 1603.
- Di Jerman pada abad ke-19, saputangan menjadi hadiah yang umum dari pria yang jatuh hati kepada wanita, atau sebeliknya.
- Mulai abad ke-19 pula saputangan menjadi asesoris tak terpisahkan dari gaya berbusana, seperti untuk diselipkan di kantong jas, atau pelengkap busana wanita.
- Dilihat dari bahannya, saputangan dapat menjadi simbol "kelas" penggunanya. Ini karena saputangan dapat terbuat dari berbagai bahan mulai dari yang mahal seperti sutra, wol, hingga yang murah seperti katun atau bahan handuk.
- Cara melipat saputangan saku sempat menjadi trend fashion tersendiri yang dibuat oleh berbagai perancang busana.
- Di Indonesia, saputangan juga terekam dalam berbagai karya seni. Misalnya, dalam novel karya Nur Iskandar (1944) yang berjudul Cinta Tanah Air, lagu karya Ismail Marzuki (1949) berjudul Saputangan dari Bandung Selatan, serta film besutan Fred Young (1949) berjudul Saputangan.
- Memberi atau memperoleh hadiah saputangan sering dianggap tabu karena dimitoskan menjadi pertanda akan terjadi kesedihan atau perpisahan.
- Tahun 2023, film komedi horor Hanky Panky menceritakan Woody, nama sebuah saputangan berbicara, yang menjadi pahlawan dalam cerita tersebut.
Kesimpulannya apa? Ternyata oh ternyata, saputangan zaman dulu tergolong barang mewah yaa. Wah klo zaman itu udah ada perpajakan, bisa kena PPN 12% dong... Wkwkwk!
Eniwei, ada rasa sedih juga sih keberadaan sang saputangan sekarang tergeser oleh lembaran-lembaran tisu yang disebut lebih praktis. Pasalnya, jika dirunut lebih jauh, bahan kertas -termasuk tisu- itu kontra dengan pelestarian hutan, karena berasal dari kayu yang diperoleh dengan penebangan pepohonan di hutan.
#tulisanperdana2025
*Sumber : Wikipedia, historia.id
Pict. : Canva
Dulu, saputangan ternyata benda mewah ya seperti halnya dasi. Baru tau juga penulisannya disatukan. Kalau gen Z sekarang lebih menyukai yang simpel seperti tisu hehe...
BalasHapusKebetulan aku anak 90-an sekian lah ya, jadi masih mengalami yang namanya pake saputangan. Saputangan sering ku bekal dalam tas buat ngelap keringat atau misal lagi flu.
BalasHapusLewat artikel ini ku jadi makin tahu kalau saputangan juga punya masa kejayaan bahkan jadi salah satu tren berbusana juga. Kalau nggak salah ingat sih bapak ku suka tuh bawa saputangan bagus di selipkan di jas nya kalau event tertentu.
Harapannya sih penggunaan saputangan buat ngelap keringat dan ingus ataupun hal-hal lain nya bisa kembali dibiasakan lagi. Soalnya kalau kebanyakan pake tisu dampaknya kurang bagus buat lingkungan.
Sepakaaattt ama mba Lala.
HapusBerapa pohon yg kudu ditebang utk bikin tisu ya kaan.
kayaknya kids jaman now kudu dikenalin lagi dgn sapu tangan.
supaya bs ramah lingkungan jugaaak
Ayoklah kita kembalikan kejayaan saputangan mulai dengan pengenalan ke anak² di rumah kita hehee
HapusSaya termasuk yg pernah menggunakan saputangan di jamannya (jadi ketahuan umur nih). Tetapi saat ini masyarskat sudah jarang yg memakai saputangan, dan menganggap tisue lebih praktis digunakan walaupun bertentangan dengan pelestarian alam.
BalasHapusOMG, aku pun dulu punya sapu tangan bergambar Tweety! haha. Dan ya aku juga dulu makenya saat SD. Dikasih bokap tiap mau sekolah. Tahu kali anaknya seneng main di jam istirahat dan daripada moletin muka ke lengan baju (yang warnanya putih) jadi dikasih saputangan itu.
BalasHapusSaat SMA, peran saputangan tergantikan dengan handuk kecil. Soalnya dulu ikutan paskibra dan latihannya berpanas ria sehingga butuh handul sebab saputangan gak berfungsi maksimal buat elap keringat :) Btw, aku terbengong baca fakta soal saputangan dari masa ke masa itu. Terniat ngeceknya dan nyari fakta infonya. Terbaik!
Hehe.. Biar tulisannya ada isi dan manfaatnya mas, ditambah riset tipis². Btw, lucu amat cowok bawa saputangan tweety.. Masih bocah sih yaa :D
HapusPapaku yg suka pake saputangan, warna coklat gelap gituu.
BalasHapusKeingat terakhir beli saputangan tuh pas Saladin TK. Jadi dia gak ngelap sembarangan hehehe. Emang udah SOP dari sekolahnya.
Wah keren jg sekolah TK nya Saladin. *jempol* deh
HapusAku baru tahu mbaa kalo ternyata memberi/menerima saputangan di kaitkan dengan kesedihan atau perpisahan, mungkin krn ini ya klo di solo pas ada orang yg meninggal pasti tamunya diberi saputangan..entah krn mitos kesedihan ini atau kah untuk maksud menyeka airmata karena dalam suasana duka...
BalasHapusAku sendiri jarang sekali menggunakan saputangan tapi suamiku pengguna saputangan sejati, tiap hari pasti beliau membawa saputangan di celananya :)
Iya mba, saputangan klo buat hadiah tabu katanya.. Tp kan ini mitos aja yaa, gak perlu percaya 100%. Eh suaminya termasuk gen apa tu mbak, rajin bawa saputangan? Haha jadi kepo.
HapusBaca Kata Saputangan langsung teringat dengan romantisnya lelaki ketika mengusap air mata dengan saputangan yang ada di saku bajunya.Ternyata dari fakta yang ada saputangan itu memiliki kisah romantis. anw bener uga ya jadi barang mewah eh tapi tergantung brand juga kali yak hihihi
BalasHapusBisa jadi tema puisi romantis ya mbak :))
HapusJangan-jangan seumuran nih... Saputangan juga sempat booming di zaman saya SMA. Motif, warna, dan bahannya bervariasi. Waktu itu meskipun udah punya, rasanya pengen beli terus kalo liat yang lucu hahaha
BalasHapusToss lah klo seumuran hehe..
HapusIya banyak banget memang motif dan warnanya yg lucu²..
Aku Masih pengguna setiap saputangan mbak Mila. Soalnya anak-anak Masih kecil, aku nggak pernah bawa tisu basah atau tisu kering, bawanya saputangan. Selain praktis juga ekonomis dong haha
BalasHapusWaini termasuk orang langka dong dirimu kak.. :) Salut ih masih setia sama saputangan
HapusSapu tangan ini kisahnya panjang banget, sama kaya sepatu high heel atau 'gincu'. Hehehe.. Tapi ada cerita unik di baliknya sampai jadi salah satu item yang nggak bisa ditinggalin sebelum tissue ada. :D
BalasHapusFix, kita mungkin sepantaran. Karena saya pakai sapu tangan juga bahkan sampai masa kuliah. Apakah ini kira-kira jadi clue kisaran usia saya??? Bisa jadi.
BalasHapusPenggunaan saputangan mulai digiatkan lagi oleh masyarakat yang peduli lingkungan untuk mengurangi pemakaian tisue
BalasHapusIni nih yang aku pengen adain juga di dalam tas mungilku, hehehe. Kadang suka kepikiran si, tiap kali bawa tissue tuh jatohnya jadi nyampah. Terus jadi keluar duit terus buat beli beli dan beli lagi.
BalasHapusPaling enak ya kalo ada sapu tangan sebenernya. Tapii ya jadi effort juga buat nyuci-nyuci nya. Apalagi kalo yang mukanya berkeringat hasyem kayak saya, hahaha
Masa kecilku juga pakai sapu tangan...sejak kapan gitu sudah enggak lagi karena anaknya enggak telaten bawa beginian kwkw. Berbeda dengan Bapakku. Beliau guru (pensiun sebagai Kepsek SMA) yang selalu rapi dan apik orangnya, jadi terbiasa ada saputangan di saku celananya. Sampai sepuh pun begitu...Senang aku lihatnya
BalasHapusSetuju jika saputangan itu ramah lingkungan. Sejak saputangan digantikan oleh tisu yang lebih praktis entah sudah berapa juta pohon dikorbankan. Hiks:(
Kalo dipikirkan iya juga sih kak, jaman dulu sapu tangan jadi barang mewah pernah lihat di youtube. Dan di jaman now masih ada yang pake juga sih, daku pernah lihat soalnya di stasiun Cikini pas kebetulan gerimis ada yang pake sapu tangan buat melindungi kepalanya
BalasHapusJadi tahu nih sejarahnya saputangan. Ternyata udah ada dari zaman kerajaan kuno di Eropa dan jadi barang mewah. Oh iya, kadang dijadikan barang untuk diberikan buat seseorang yang spesial. Sebenarnya bagus ya sapu tangan bisa dipakai lebih lama, tinggal cuci dan pakai lagi. Trims udah diingetin buat mengurangi pemakaian tisue, yuk pakai lagi saputangan buat pemakaian sehari-hari
BalasHapusLangsung cek katalog saputangan di apps belanja. Lumayan, 90rb-an dapet sekotak isi 12, hehe. Thanks ya. Jadi ingat masa2 SD.
BalasHapuswah saya baca artikel ini jadi tahu banyak sejarah tentang saputangan ini dan baru tahu cerita detailnya, selama ini hanya pakai saja dan baru kepikiran juga ya sapu dan tangan, jadi ingat juga semasa dulu sapu tangan ini rasa-rasanya jadi sebuah benda unik juga, kemana-mana kadang suka bawa sapu tangan gitu yang warnanya lucu-lucu dan bergambar
BalasHapusIih.. koleksinya samaa.. saputangan.
BalasHapusHahaha.. aku suka banget tuh kalok ke IKEA, ada saputangan lucu, eeh... auto masuk keranjang. Atau dulu kalo belanja lebih dari 400 rb, dapet saputangan cantik dari Innisfree, karena dia mendukung pelestarian lingkungan.
Inget banget, Ibuku juga sering kasih peniti dan gantungin saputangan di baju sekolahku. Rasanya aneh pasti yaa.. kalau dari segi fashion tuh.. mungkin aku uda langsung dihina dina sama Ivan Gunawan dah tu..
Di daerahku yang sepuh-sepuh masih ada yang pakai saputangan Mbak, tapi kalau anak-anak nggak ada yang mudeng. Selama ini mereka tahunya ya tissue.
BalasHapusyaampunn tulisan ini bener-bener mengingatkan aku akanmasa kecil dulu mbak.
BalasHapussama kayak mba Mila, aku dulu waktu SD termasuk punya banyak sapu tangan,seringnya dipake waktu flu memang.
Lumayan banyak dulu punyanya, ehh sekarang entah dimana saputangan aku itu.
bener banget mbak, sekarang jarang yang make saputangan, ada sih temen aku yang masih naruh saputangan di sakunya, soalnya dia gampang keringetan kalau makan.
sekarang era nya ganti tisue kalau buat aku, bisa dibilang aku sendiri boros tisu
Iya ya saputangan kurang populer sekarang, tergantikan tisu kering dan tisu basah yang mudah dibawa ke mana-mana, padahal saputangan lebih go green, aku masih bawa berupa handuk kecil gitu
BalasHapusWah, banyak ternyata ya fakta tentang saputangan. Aku baru tahu nih beberapa di antaranya. Iya ya, sekarang udah jarang banget yang pake saputangan. Dulu sebelum 2020-an, suami selalu pake dan bawa ke mana pun itu. Sampe punya banyak. Tiap warna punya. Tapi sejak pandemi, jadi gak pake lagi. Lebih banyak pake tisu. Dan si saputangannya juga entah pada ke mana akhirnya. Cuma tersisa beberapa aja di lemari. Banyak dipake mainan anak-anak. :D
BalasHapusMau absen dong sebagai pemakai aktif saputangan. Namanya juga generasi baby boomer, tidak boleh keluar rumah tanpa bawa saputangan hahaha. Dapat hadiah ulang tahun saputangan juga adalah hadiah terindah waktu itu. Namun, saya baru tahu sejarahnya di artikel ini. Keren banget loh bisa riset sejauh itu.
BalasHapusDikasih saputangan sama gebetan rasanya wowo sekali... Ada aroma-aroma romansa yg menyertai.
BalasHapusTapi sekarang sudah ada tisu, saputangan terlupakan.
Saya pernah pakai pas SD kak. Haha. Berarti satu generasi nih. Dulu, kalau ada orang pakai tisu, kelihatannya dia begitu berkelas.
BalasHapusBahkan, ketika di kampung menghadiri undangan pernikahan, saat orang bawa tisu di tahun 2012 masih kelihatan terlalu mewah.
Sapu tangan memang menurut saya termasuk barang koleksi yang harganya mungkin sama dengan jilbab kali ya. Terakhir yang punya sapu tangan itu ya ayah saya. Memang perlakuan sapu tangan tersebut pas dicuci ibu selalu berbeda, gak boleh digabung saja baju lain hehe
BalasHapusPas SD saya pakai sapu tangan saat pilek. Wkwkwk.
BalasHapusTapiiiii saat SMP dan SMA saya koleksi sapu tangan imut lucu. Bahannya juga macem-macem.
Kebetulan itu karena teman dekat saya juga pake sapu tangan. Kadang kami sering kehilangan sapu tangan karena tertinggal di bioskop atau di saat lagi makan di fast food
Wihhhh saputangan jamanku SD masih suka bawa. Dengan motif lucu kartun dan berbahan bulu lembut. Skrg mah kyk gak populer lagi ya, lebih pilih tidur utk ngelap tangan kotor atau ingus. Hihihi mantab ulasannya mba 👍
BalasHapus